Kamis, 31 Maret 2016

Makalah Psikologi Umum

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Integrasi atau kecerdasan, merupakan suatu karunia yg dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya, serta bagaimana ia berusaha menghambakan dirinya kepada PenciptaNya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian Intelegensi ?
2. Apasaja Teori-teori Tentang Intelegensi ?
3. Bagaimana Pengukuran Intelegensi ?
4. Apasaja Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi ?
5. Apa itu Pengertian Bakat ?
6. Apasaja Macam-macam Bakat ?
7. Bagaimana Peranan Intelegensi dan Bakat Dalam Proses Pembelajaran ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian intelegensi.
2. Mengetahui berbagai macam teori intelegensi.
3. Mengetahui bagaimana cara mengukur intelegensi seseorang.
4. Memahami factor yang mempengaruhi intelegensi.
5. Memahami pengertian bakat.
6. Mengetahui macam-macam bakat.
7. Memahami bagaimana peranan intelegensi dan bakat dalam proses pembelajaran.



BAB II
PEMBAHASAN

A. INTELIGENSI 
1. Pengertian inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Inteligensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.
Pengertian inteligensi menurut beberapa para ilmuwan :
1. Charles Sperman (1863-1945)
Inteligensi merupakan kemampuan yang tunggal. Dia menyimpulkan bahwa semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut dua macam kualitas saja yaitu inteligensi umum dan keterampilan individu dalam hal tertentu. Ini misalnya, ketika seseorang harus memecahkan soal aljabar. 
2. William Stern
Inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya, Dan sebagian besar tergantung dengan dasar keturunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang. 
3. Menurut Prof. Waterink
Seorang mahaguru di amsterdam menyatakan bahwa menurut penyelidikan belum dapat dibuktikan bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berfikir hanya diartikan, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.

2. Teori-teori Intelegensi
a. Teori “Uni-Factor”
Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori tentang inteligensi yang disebut “Uni-factor theory”. Teori ini dikenal juga sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Kapasitas umum itu timbul akibat pertumbuhan fisiologis ataupun akibat belajar. Kapasitas umum (General Capacity) yang ditimbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”.
b. Teori “Two-Factors”
Pada tahun 1904 yaitu sebelum Stern, seorang ahli matematika bernama Charles Spearman, mengajukan sebuah teori tentang inteligensi. Teori Spearman itu dikenal dengan sebutan “Two kinds of factors theory”.
Orang yang inteligensinya mempunyai factor “G” luas, memiliki kapasitas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Orang yang memiliki factor “G” sedang atau rata-rata, ia mempunyai kemampuan sedang untuk mempelajari bidang studi. Luasnya factor “G” ditentukan pada gagasan, bahwa fungsi otak tergantung kepada ada dan tidaknya struktur atau koneksi yang khusus. Dengan demikian luasnya factor “S” mencerminkan kerja khusus dari otak, bukan karena struktur khusus otak factor “S” lebih bergantung kepada organisasi neurologis yang berhubungan dengan kemampuan khusus.
c. Teori “Multi-Fctor”
Teori ini dikembangkan oleh E.L Thorndike. Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak, menjumlahkan bilangan, atau melakukan pekerjaan, itu berarti ia dapat melakukan karena terbentuknya koneksi didalam system saraf akibat belajar atau latihan.
d. Teori “Primary-Mental-Ability”
L.L Thurstone membagi inteligensi menjadi tujuh kemampuan primer, yaitu :
1) Kemampuan numerical/matematis.
2) Kemampuan verbal atau berbahasa.
3) Kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berfikir.
4) Kemampuan menghubungkan kata-kata.
5) Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif.
6) Kemampuan mengenal atau mengamati.
7) Kemampuan mengingat.
Menurut teori ini, inteligensi merupakan penjelmaan dari ketujuh kemampuan primer di atas. Masing-masing dari kemampuan tujuh primer itu adalah independen serta menjadikan fungsi-fungsi pikiran yang berbeda atau berdiri sendiri.
e. Teori “Sampling”
Godfrey H. Thomson pada tahun 1916 mengajukan teori ini, dan teori ini disempurnakan lagi pada tahun 1935 dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Inteligensi beroprasi dengan terbatas pada sampel dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata. 

3. Pengukuran Inteligensi
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi rendahnya intelegensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence Quotioent).
Intelegensi pada setiap anak tidak sama. Untuk mengukur perbedaan kemampuan individu tersebut, para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes intelegensi. Dalam hal ini, Alfret Binet (1857-1911), seorang dokter dan psikolog Perancis, dipandang secara luas sebagai orang yang paling berjasa dalam mempelopori pengembangan tes intelegensi. 
William Stern (1871-1938), seorang psikolog Jerman, menyempurnakan tes intelegensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah yang sangat populer hingga sekarang, yaitu Inteligence Quotient (IQ). IQ menggambarkan intelegensi sebagai rasio antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA), dengan rumus : 
Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100 bila MA sama dengan CA. Bila MA lebih kecil dari CA, maka IQ kurang dari 100. Sebaliknya, jika MA lebih besar dari CA, maka IQ lebih dari 100.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi
Pembawaan. Ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada tiap orang.
Kematangan. Ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
Pembentukan. Ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi di masa perkembangannya.
Minat. Ialah merupakan penggerak perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Kebebasan. Ialah bahwasannya manusia bebas memilih apa yang diinginkan. 


B. BAKAT
1. Pengertian Bakat
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah, dan sebagainya. 
Bakat adalah sebuah sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya menulis. Ada juga kata “bakat yang terpendam”, artinya bakat alami yang dibawa sejak lahir tapi tidak dikembangkan. Misalnya seseorang memilki bakat menjadi seorang pelari, tetapi tidak dikembangkan, sehingga kemampuannya untuk berlari juga tidak berkembang.
Bakat memiliki tiga arti yaitu achievement (kemampuan aktual),  capacity (Kemampuan potensial), dan aptitude (sifat dan kualitas). Ciri-ciri bakat diantaranya :
Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang.
Bakat merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat terwujud secara nyata.
Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang.
Bakat dapat muncul jika digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan.
Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu identik disertai minat.
Definisi bakat menurut beberapa para ahli :
a. W. B Michael bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.
b. Guillford memberikan definisi sedikit berbeda, menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perceptual  juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor  terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan. 

2. Macam-macam Bakat
Menurut Rahayu (2), ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya:
1. Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
Ada pun bakat khusus ini terbagi beberapa macam, diantaranya:
1. Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
2. Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep bentuk angka.
3. Bakat Bahasa (Linguistik), yaitu bakat tentang pengenalan analitis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga, dan lain-lainnya.
4. Bakat Kecepatan, Ketelitian, Klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor, dan dalam kerohanian.
5. Bakat Relasi Ruang (Spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berpikir dalam tiga dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
6. Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat-alat lainnya.
7. Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata, maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
8. Bakat Skolastik yaitu, kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka termasuk di dalamnya kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.


3. Peranan Inteligensi dan Bakat dalam Proses Pembelajaran
Kecerdasan sangatlah berkaitan dengan proses belajar, yang mana dalam proses pembelajaran faktor yang sangat dominan adalah pribadi individu yang cerdas yang mampu berfikir kritis, sehingga keduannya saling mendominasi suksesnya proses pembelajaran karena terciptanya pemikir-pemikir cerdas baik intelektual, emosional, maupun spiritual dengan berdasarkan dan sesuai dengan kondisi siswa dalam proses pembelajaran.  Kondisi tersebut yaitu bagaimana pengelolaan kecerdasan terhadap pembelajaran yang paling mendasar ada beberapa poin yang harus di perhatikan antara lain :
a. Memahami peserta didik Mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar. Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik, dengan demikian pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, maka guru harus memahami karakteristik peserta didik.
b. Bakat dan kecerdasan peserta didik Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling berkaitan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan suatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik di bawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya, dan cara berinteraksi dengan lingkungan. Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ), peserta didik.
c. Identifikasi potensi peserta didik. Mengidentifikasi peserta didik dapat di kenali dari cirri-ciri keberbakatan peserta didik dan kecenderungan minat.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat dan intelegensi tidak saling berkesinambungan karena bakat itu merupakan talenta (talent) seseorang sedangkan intelegensi berhubungan dengan fungsi otak. Intelegensi juga  mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran antara bakat dan intelegensi, keduanya sangatlah berperan nyata dalam mensukseskan tercapainya tujuan pembelajaran bagi siswa.

B. SARAN
Penyusun adalah individu yang belajar, untuk itu penulisan ini bukan di jadi kan penyempurnaan tapi, jadikan lah tulisan ini sebagai media tempat utuk bisa mendorong dan memotivasi agar lebih memperdalam dan membuka wawasan tentang kecerdasan dan pengaruh pentingnya terhadap proses pembelajaran. Penyusun juga menyadari, dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan yang butuh akan kritikan sebagai papan pantul sebagai penyempurna dan pengetahuan, untuk lebih mengembangkan peran pendidik yang mengedepankan kecerdasan sebagai kapasitas yang butuh di aktualisasikan.
Padukanlah apapun bakat yang dimiliki dengan intelegensi (kecerdasan). Untuk para pendidik dan calon pendidik, kembangkan bakat dan intelegensi para siswanya agar mencapai hasil maksimal dalam proses pembelajaran dan sukses di masa mendatang.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Perspektif Islam). Jakarta : Prenada Media.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Soemanto, Wasty. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Dr. Agus Sujanto. (2004). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. 2005. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Selasa, 22 Maret 2016

Makalah Bahasa Indonesia tentang Tanda Baca

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu peranan yang amat sangat penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi saat ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi, menguasai dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar.
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata bahasaan indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis, sehingga informasi yang diharapkan dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
Setiap karya tulis ilmiah (makalah, skripsi, laporan penelitian) dan wacana tulis dinas (laporan kegiatan, laporan tugas dinas) menerapkan aturan-aturan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). EYD memberikan salah satu dari beberapa pedoman yang ada, yaitu cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Pemakaian tanda baca menjadi bahasan yang sangat penting, karena setiap karya tulis ilmiah membutuhkan tanda baca.
Kesalahan yang sangat fatal, apabila dalam penulisan suatu karya tulis ilmiah salah dalam pemakaian tanda baca. Masalah tersebut muncul akibat kurangnya ketelitian serta kurangnya pemahaman tentang tanda baca yang baik dan benar. Namun, masalah tersebut dapat dikontrol agar tidak menjadi kesalahan yang berkelanjutan. Perlu diketahui, bahwa tanda baca dalam EYD ada beberapa macam, antara lain: (1) tanda titik (.), (2) tanda koma (,), (3) tanda titik koma (;), (4) tanda titik dua (:), (5) tanda hubung (-), (6) tanda tanya (?), (7) tanda seru (!), (8) tanda kurung (( )), (9) tanda garis miring (/), (10) tanda petik (“…”).
Bahasa tulisan merupakan salah satu bentuk wacana yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya mensyaratkan seorang penulis untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa, khususnya penggunaan EYD yang baik dan benar. Karena dengan pengusaaan terhadap kaidah EYD, dapat dipastikan pesan atau informasi yang disampaikan dalam tulisan dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya.

B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis membatasi beberapa sub pokok bahasan meliputi: 
1. Apa itu pengertian tanda baca?
2. Ada berapa jenis-jenis tanda baca?
3. Apa saja fungsi dari tanda baca?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diambil tujuan makalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengertian tanda baca
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tanda baca
3. Untuk dapat mengetahui fungsi dari tanda baca

BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMAKAIAN TANDA BACA
1. Pengertian tanda baca
Tanda baca menurut Ensiklopedia, dipahami sebagai berikut:
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan suara atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
Tanda baca menjadi sangat penting, karena dengan memperhatikan tanda baca dalam suatu aturan yang disepakati yaitu (EYD) memberikan peniliaian tersendiri terhadap hasil karya tulis ilmiah itu sendiri. Kesalahan pemakaian tanda baca dalam penulisan suatu kata akan berdampak terhadap arti kata itu sendiri.

2. Jenis-jenis tanda baca
Ada beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:
a. Tanda Titik (.)
     Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka. Ada beberapa pemakaian tanda titik yang biasa digunakan, antara lain:
1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
     Misalnya:  •.Ayahku tinggal di Solo. 
•.Biarlah mereka duduk di sana. 
•.Dia menanyakan siapa yang akan datang. 
•.Hari ini tanggal 6 April 1973. 
•.Marilah kita mengheningkan cipta.  
•.Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: • A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
•1. Pemakaian Listrik
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detikyang menunjukkan waktu. 
Misalnya:  • pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
• 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 
• 0.0.30 jam (30 detik)
4) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan  tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. 
Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden.        Balai Poestaka.
5) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepalakarangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. 
Misalnya:  • Acara Kunjungan Adam Malik 
• Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD'45) 
• Salah Asuhan
6) Tanda titik tidak dipakai di belakang 
a) alamat pengirim dan tanggal surat atau 
b) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: • Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)  
• Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)  atau
• Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) 
• Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
• Palembang (tanpa titik)
•Jakarta (tanpa titik)
•1 April 1985 (tanpa titik)
b. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan
Misalnya: •Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
•Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus   memerlukan  perangko
•Satu, dua, ... tiga
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
seperti tetapi atau melainkan. 
Misalnya:  •Saya ingin datang, tetapi hari hujan
       • Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim
3) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. 
Misalnya:  • ... Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. 
        • ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
4) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. 
Misalnya:  •O, begitu!
•Wah, bukan main!
•Hati-hati, ya, nanti jatuh.
5) Tanda koma dipakai di antara
a) nama dan alamat,
b) bagian-bagian alamat,
c) tempat dan tanggal, dan 
d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
Misalnya:     •Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
•Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
6) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunanya dalam daftar pustaka
Misalnya: •Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
7) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
c. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. 
Misalnya:  Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar".
d. Tanda Titik Dua (:)
      Tanda titik dua dalam pemakaiannya ada beberapa macam, yaiyu:
1) Tanda titik dua dipakai pada akhir pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian.
Misalnya:  Antoh disuruh bapak membeli barang-barang seperti: kayu, paku, dan palu.
2) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah
kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: •Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini,  Mir!"
•Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
•Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
3) Tanda titik dua dipaka
a) Di antara jilid atau nomor dan halaman, 
b) Di antara bab dan ayat dalam kitab suci, 
c) Di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta 
d) Nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. 
Misalnya: • Tempo, I (1971), 34:7 
• Surah Yasin:9 
• Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup:    Sebuah Studi, sudah terbit. 
•Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.
e. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris.
Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada ju-
ga cara yang baru.
2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
3) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan 
f. Tanda Pisah ( _ )
1) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
. Misalnya:  Rangkaian temuan ini—evolusi,  teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
2) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
Misalnya: Tanggal 5-10 April 2014
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya
g. Tanda Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. 
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
h. Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:  • Kapan ia berangkat? 
     • Saudara tahu, bukan?
2) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Ia di lahirkan pada tahun 1992(?)
i. Tanda Seru (!)
1) Tanda seru dipakai sesudah  ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. 
Misalnya: • Alangkah seramnya peristiwa itu! 
  •  Bersihkan kamar itu sekarang juga! 
  •  Masakan! 
j. Tanda Kurung ((...))
1) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: •  Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat  yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. 
• Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
k. Tanda Petik (“...”)
1) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. 
Misalnya: • Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa,  dari Suatu Tempat. 
• Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
3) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. 
Misalnya: Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai". 
4) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. 
Misalnya: •  Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam". 
• Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
l. Garis Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. 
Misalnya:  •  No. 7/PK/1973 
• Jalan Kramat III/10 
• Tahun anggaran 1985/1986
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya: • Dikirimkan lewat darat/laut (dikirimkan lewat darat atau laut) 
•  Harganya Rp25,00/lembar (harganya Rp25,00 tiap lembar) 
m. Tanda Apostrof (‘)
1) Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya: •  Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
• Malam t'lah tiba.  ('lah = telah)
•  1 Januari '88. ('88 = 1988)

3. Fungsi tanda baca
Berikut ini adalah beberapa fungsi dari tanda baca:
a. Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka 
b. Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka. 
c. Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui oleh khalayak. 
d. Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah. 
e. Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam 
f. Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan. 
g. Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya. 
h. Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, rentang suatu nilai. 
i. Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas kami tarik kesimulan sebagai berikut. 
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan dengan suara atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. 
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan- kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. 
B. Saran
Sebagai mahasiswa, pelajar, ataupun pendidik  harus memahami penggunaan tanda baca secara baik dan benar hendaknya belajar dari fasilitas yang ada seperti media internet atau buku, agar kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam penggunaan tanda baca dapat dicegah sedini mungkin. 

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi XVI. Jakarta: Depdiknas & Balai Pustaka.
http://masagenprasetyo.blogspot.com/2013/07/makalah-pemakaian-tanda-baca-dalam.html