BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT di bumi ini. Diberinya daya cipta, rasa dan karsa yang memungkinkan manusia untuk berbuat lebih besar dari pada otak mereka yang kecil. Kekuatan berpikir itulah yang sering disebut-sebut dengan intelegensi. Manusia yang mempunyai intelegensi yang tinggi, tentulah mereka lebih unggul daripada manusia yang memiliki intelegesi yang rendah. Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bukan timbul secara tiba-tiba. Yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi juga dapat dipahami sebagai kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah.
Integrasi atau kecerdasan, merupakan suatu karunia yg dimiliki individu untuk mengembangkan dan mempertahankan hidupnya, serta bagaimana ia berusaha menghambakan dirinya kepada PenciptaNya. Ketika baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung pada orang lain untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Perkembangan intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian Intelegensi ?
2. Apasaja Teori-teori Tentang Intelegensi ?
3. Bagaimana Pengukuran Intelegensi ?
4. Apasaja Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi ?
5. Apa itu Pengertian Bakat ?
6. Apasaja Macam-macam Bakat ?
7. Bagaimana Peranan Intelegensi dan Bakat Dalam Proses Pembelajaran ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian intelegensi.
2. Mengetahui berbagai macam teori intelegensi.
3. Mengetahui bagaimana cara mengukur intelegensi seseorang.
4. Memahami factor yang mempengaruhi intelegensi.
5. Memahami pengertian bakat.
6. Mengetahui macam-macam bakat.
7. Memahami bagaimana peranan intelegensi dan bakat dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. INTELIGENSI
1. Pengertian inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Inteligensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa makhluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia.
Pengertian inteligensi menurut beberapa para ilmuwan :
1. Charles Sperman (1863-1945)
Inteligensi merupakan kemampuan yang tunggal. Dia menyimpulkan bahwa semua tugas dan prestasi mental hanya menuntut dua macam kualitas saja yaitu inteligensi umum dan keterampilan individu dalam hal tertentu. Ini misalnya, ketika seseorang harus memecahkan soal aljabar.
2. William Stern
Inteligensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya, Dan sebagian besar tergantung dengan dasar keturunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang.
3. Menurut Prof. Waterink
Seorang mahaguru di amsterdam menyatakan bahwa menurut penyelidikan belum dapat dibuktikan bahwa inteligensi dapat diperbaiki atau dilatih. Belajar berfikir hanya diartikan, bahwa banyaknya pengetahuan bertambah akan tetapi berarti bahwa kekuatan berfikir bertambah baik.
2. Teori-teori Intelegensi
a. Teori “Uni-Factor”
Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori tentang inteligensi yang disebut “Uni-factor theory”. Teori ini dikenal juga sebagai teori kapasitas umum. Menurut teori ini inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan umum. Oleh karena itu, cara kerja inteligensi juga bersifat umum. Kapasitas umum itu timbul akibat pertumbuhan fisiologis ataupun akibat belajar. Kapasitas umum (General Capacity) yang ditimbulkan itu lazim dikemukakan dengan kode “G”.
b. Teori “Two-Factors”
Pada tahun 1904 yaitu sebelum Stern, seorang ahli matematika bernama Charles Spearman, mengajukan sebuah teori tentang inteligensi. Teori Spearman itu dikenal dengan sebutan “Two kinds of factors theory”.
Orang yang inteligensinya mempunyai factor “G” luas, memiliki kapasitas untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Orang yang memiliki factor “G” sedang atau rata-rata, ia mempunyai kemampuan sedang untuk mempelajari bidang studi. Luasnya factor “G” ditentukan pada gagasan, bahwa fungsi otak tergantung kepada ada dan tidaknya struktur atau koneksi yang khusus. Dengan demikian luasnya factor “S” mencerminkan kerja khusus dari otak, bukan karena struktur khusus otak factor “S” lebih bergantung kepada organisasi neurologis yang berhubungan dengan kemampuan khusus.
c. Teori “Multi-Fctor”
Teori ini dikembangkan oleh E.L Thorndike. Menurut teori ini, inteligensi terdiri dari bentuk hubungan neural antara stimulus dan respon. Hubungan neural khusus inilah yang mengarahkan tingkah laku individu. Ketika seseorang dapat menyebutkan sebuah kata, menghafal sajak, menjumlahkan bilangan, atau melakukan pekerjaan, itu berarti ia dapat melakukan karena terbentuknya koneksi didalam system saraf akibat belajar atau latihan.
d. Teori “Primary-Mental-Ability”
L.L Thurstone membagi inteligensi menjadi tujuh kemampuan primer, yaitu :
1) Kemampuan numerical/matematis.
2) Kemampuan verbal atau berbahasa.
3) Kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berfikir.
4) Kemampuan menghubungkan kata-kata.
5) Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif.
6) Kemampuan mengenal atau mengamati.
7) Kemampuan mengingat.
Menurut teori ini, inteligensi merupakan penjelmaan dari ketujuh kemampuan primer di atas. Masing-masing dari kemampuan tujuh primer itu adalah independen serta menjadikan fungsi-fungsi pikiran yang berbeda atau berdiri sendiri.
e. Teori “Sampling”
Godfrey H. Thomson pada tahun 1916 mengajukan teori ini, dan teori ini disempurnakan lagi pada tahun 1935 dan 1948. Menurut teori ini, inteligensi merupakan berbagai kemampuan sampel. Inteligensi beroprasi dengan terbatas pada sampel dari berbagai kemampuan atau pengalaman dunia nyata.
3. Pengukuran Inteligensi
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat-alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah Psikotest. Hasil pengukuran intelegensi biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu yang dapat menyataakan tinggi rendahnya intelegensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence Quotioent).
Intelegensi pada setiap anak tidak sama. Untuk mengukur perbedaan kemampuan individu tersebut, para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes intelegensi. Dalam hal ini, Alfret Binet (1857-1911), seorang dokter dan psikolog Perancis, dipandang secara luas sebagai orang yang paling berjasa dalam mempelopori pengembangan tes intelegensi.
William Stern (1871-1938), seorang psikolog Jerman, menyempurnakan tes intelegensi Binet dan mengembangkan sebuah istilah yang sangat populer hingga sekarang, yaitu Inteligence Quotient (IQ). IQ menggambarkan intelegensi sebagai rasio antara usia mental (MA) dan usia kronologis (CA), dengan rumus :
Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100 bila MA sama dengan CA. Bila MA lebih kecil dari CA, maka IQ kurang dari 100. Sebaliknya, jika MA lebih besar dari CA, maka IQ lebih dari 100.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inteligensi
Pembawaan. Ialah segala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada tiap orang.
Kematangan. Ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembang dan mencapai saat puncaknya.
Pembentukan. Ialah segala factor luar yang mempengaruhi inteligensi di masa perkembangannya.
Minat. Ialah merupakan penggerak perbuatan pada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
Kebebasan. Ialah bahwasannya manusia bebas memilih apa yang diinginkan.
B. BAKAT
1. Pengertian Bakat
Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah, dan sebagainya.
Bakat adalah sebuah sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya menulis. Ada juga kata “bakat yang terpendam”, artinya bakat alami yang dibawa sejak lahir tapi tidak dikembangkan. Misalnya seseorang memilki bakat menjadi seorang pelari, tetapi tidak dikembangkan, sehingga kemampuannya untuk berlari juga tidak berkembang.
Bakat memiliki tiga arti yaitu achievement (kemampuan aktual), capacity (Kemampuan potensial), dan aptitude (sifat dan kualitas). Ciri-ciri bakat diantaranya :
• Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang, yang memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang.
• Bakat merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat terwujud secara nyata.
• Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang.
• Bakat dapat muncul jika digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan.
• Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi harus ditunjang dengan minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan. Bakat tidak selalu identik disertai minat.
Definisi bakat menurut beberapa para ahli :
a. W. B Michael bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.
b. Guillford memberikan definisi sedikit berbeda, menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perceptual juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.
2. Macam-macam Bakat
Menurut Rahayu (2), ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya:
1. Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
2. Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
Ada pun bakat khusus ini terbagi beberapa macam, diantaranya:
1. Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
2. Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep bentuk angka.
3. Bakat Bahasa (Linguistik), yaitu bakat tentang pengenalan analitis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga, dan lain-lainnya.
4. Bakat Kecepatan, Ketelitian, Klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor, dan dalam kerohanian.
5. Bakat Relasi Ruang (Spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berpikir dalam tiga dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
6. Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat-alat lainnya.
7. Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata, maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
8. Bakat Skolastik yaitu, kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka termasuk di dalamnya kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
3. Peranan Inteligensi dan Bakat dalam Proses Pembelajaran
Kecerdasan sangatlah berkaitan dengan proses belajar, yang mana dalam proses pembelajaran faktor yang sangat dominan adalah pribadi individu yang cerdas yang mampu berfikir kritis, sehingga keduannya saling mendominasi suksesnya proses pembelajaran karena terciptanya pemikir-pemikir cerdas baik intelektual, emosional, maupun spiritual dengan berdasarkan dan sesuai dengan kondisi siswa dalam proses pembelajaran. Kondisi tersebut yaitu bagaimana pengelolaan kecerdasan terhadap pembelajaran yang paling mendasar ada beberapa poin yang harus di perhatikan antara lain :
a. Memahami peserta didik Mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar. Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik, dengan demikian pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal, maka guru harus memahami karakteristik peserta didik.
b. Bakat dan kecerdasan peserta didik Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling berkaitan. Bakat adalah kemampuan yang merupakan suatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik di bawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otaknya, dan cara berinteraksi dengan lingkungan. Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ), peserta didik.
c. Identifikasi potensi peserta didik. Mengidentifikasi peserta didik dapat di kenali dari cirri-ciri keberbakatan peserta didik dan kecenderungan minat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat dan intelegensi tidak saling berkesinambungan karena bakat itu merupakan talenta (talent) seseorang sedangkan intelegensi berhubungan dengan fungsi otak. Intelegensi juga mempunyai hubungan dan perbedaan dengan bakat maupun kreativitas, tapi yang perlu kita ketahui, bakat dan kreativitas adalah hasil yang didapat dari intelegensi itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran antara bakat dan intelegensi, keduanya sangatlah berperan nyata dalam mensukseskan tercapainya tujuan pembelajaran bagi siswa.
B. SARAN
Penyusun adalah individu yang belajar, untuk itu penulisan ini bukan di jadi kan penyempurnaan tapi, jadikan lah tulisan ini sebagai media tempat utuk bisa mendorong dan memotivasi agar lebih memperdalam dan membuka wawasan tentang kecerdasan dan pengaruh pentingnya terhadap proses pembelajaran. Penyusun juga menyadari, dalam penyusunan ini masih banyak kekurangan yang butuh akan kritikan sebagai papan pantul sebagai penyempurna dan pengetahuan, untuk lebih mengembangkan peran pendidik yang mengedepankan kecerdasan sebagai kapasitas yang butuh di aktualisasikan.
Padukanlah apapun bakat yang dimiliki dengan intelegensi (kecerdasan). Untuk para pendidik dan calon pendidik, kembangkan bakat dan intelegensi para siswanya agar mencapai hasil maksimal dalam proses pembelajaran dan sukses di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab. (2004). Psikologi Suatu Pengantar (Dalam
Perspektif Islam). Jakarta : Prenada Media.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Soemanto, Wasty. (2012). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Dr. Agus Sujanto. (2004). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. 2005. Bandung: Remaja Rosdakarya.