BAB I
PENDAHULUAN
Dilahirkanlah seorang manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak yang mulia bagi umat manusia dan jin hingga akhir zaman. Sungguh begitu agung dan mulia, nama-namanya telah terukir indah di Syurga sana dan dihati-hati orang yang beriman, namanya terus dipuji-puji sebagai tanda kecintaan kepada insan pilihan, bahkan air mata terus mengalir di mata-mata para perindu sang Nabi mulia hingga akhir zaman. Yang mampu memberikan cahaya kedamaian bagi hati yang sedang kegelapan, beliau adalah “cahaya di atas cahaya”, nuurun ‘ala nuuri.
Tubuh Nabi Muhammad SAW berwarna putih kemerah-merahan, kullitnya bercahaya, mukanya indah menawan, dahi beliau luas, kepala beliau besar sempurna, hidung beliau mancung bagai alif bengkok sedikit dan bercahaya, pipinya halus dan sedang, bulu mata nya lebat, bola matanya besar dan indah, matanya luas dan bersangatan hitam bola matanya, mata beliau putih kemerah-merahan, gigi muka rapi tersusun indah, jika beliau tersenyum bercahaya-cahaya, rambut beliau lebat tidak terlalu keriting, dan lurus indah menawan yang panjangnya sampai telinga dan kadang sampai kebahu, jenggotnya lebat, perut dan belakang rata, bahu beliau besar, jari-jari beliau lemas dan lembut, dan bentuk tubuh beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah, tidak gemuk dan tidak pula kurus, tutur katanya halus dan santun, bila beliau berbicara bercahaya dan senyum manis menyertai raut wajahnya. Tatkala beliau berjalan tenang bagai orang yang sedang turun dari tempat tinggi dan pandangan beliau lebih banyak memandang kebawah, begitu tampan dan menawan walaupun dilihat dari jauh, dan apabila dilihat dari dekat tak ada kata yang dapat diucapkan, sebab begitu indahnya.
Beliau adalah bernama Muhammad SAW, seorang pilihan yang dilahirkan dengan penuh kemuliaan hingga akhir hayatnya, betapa agungnya beliau. Maka dari itu penulis akan mempersembahkan sebuah makalah yang berisikan sejarah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PRA KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW
A. PERKAWINAN ABDULLAH DAN AMINAH
Usia Abdul-Muttalib sudah hampir mencapai tujuh puluh tahun atau lebih tatkala Abraha mencoba menyerang Mekah dan menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu umur Abdullah anaknya sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan. Pilihan Abd’l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahab bin Abd Manaf bin Zuhra, pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka pergilah anak-beranak itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya. Sebagian penulis sejarah berpendapat, bahwa ia pergi menemui Uhyab, paman Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah meninggal dan dia dibawah asuhan pamannya. Pada hari perkawinan Abdullah dengan Aminah itu, Abdul-Muttalib juga kawin dengan Hala, puteri pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan yang seusia dengan dia.
Abdullah dan Aminah tinggal tiga hari dirumah Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan Arab bila perkawinan dilaksanakan dirumah keluarga pengantin puteri. Sesudah itu mereka pindah kerumah Abdul-Muttalib. Tak seberapa lama kemudian Abdullah pun pergi dalam suatu usaha perdagangan ke Suria dengan meninggalkan isteri yang dalam keadaan hamil.
Dalam perjalanan nya itu, Abdullah tinggal selama beberapa bulan. Ia pergi ke Gaza dan kemudian kembali lagi. Kemudian ia singgah di rumah saudara-saudara Ibunya di Madinah sekedar beristirahat setelah merasa letih selama dalam perjalanan. Sesudah itu ia akan kembali pulang ke Mekah dengan kafilah. Akan tetapi ia menderita sakit di tempat saudara Ibunya. Teman-temannya pun pulang terlebih dahulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan sakitnya itu kepada Ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.
Begitu berita sampai ke Abdul Muttalib, ia mengutus Harith anaknya yang sulung ke Madinah supaya membawa kembali Abdullah bila ia sembuh. Tetapi sesampainya di Madinah ia mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah di kuburkan pula, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah. Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abdul Muttalib, menimpa hati Aminah karena ia kehilangan suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan hidupnya. Demikian juga Abdul Muttalib sangat sayang kepadanya sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang sedemikian rupa belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab dimasa itu.
B. KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Pada tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai yang menghubungkan Yaman di Selatan dan Syria di Utara, dengan adanya Ka’bah ditengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, hubal. Mekah terlihat makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad di lahirkan dari Bani Hasyim, pada hari senin tanggal 20 April 571 M atau bertepatan dengan 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Di sebut tahun Gajah karena pada saat itu pasukan Abrahah dengan menunggang Gajah menyerang kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Muhammad lahir dalam keadaan sudah berkhitan dan tali pusar sudah terputus.
Nabi Muhammad terlahir dari keluarga terhormat yang relative miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak dari Abdul Muttalib dan Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menerangkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad telah diramalkan oleh setiap dan semua Nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Nabi Muhammad SAW nanti.
Sejumlah penulis besar tentang sirah dan para pakar hadits telah banyak meriwayatkan peristiwa diluar kebiasaan, yang muncul pada saat kelahiran Nabi Muhammad. Peristiwa diluar daya nalar manusia, yang dimulai adanya era baru bagi alam dan kehidupan manusia, dalam hal agama dan moral. Diantara peristiwa tersebut adalah singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta menimbulkan jatuh 14 balkonnya, surutnya Danau Sawa, padamnya api persembahan orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.
Pada hari ketujuh kelahirannya itu Abdul-Muttalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. “Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji,bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi,” jawab Abdul Muttalib.
C. MASA KANAK-KANAK
Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada salah seorang Keluarga Sa’d yang akan menyusukan anaknya, sebagaimana sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di Mekah. Adat demikian ini masih berlaku pada bangsawan-bangsawan Mekah. Pada hari kedelapan sesudah dilahirkan anak itupun dikirimkan ke pedalaman dan baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Banu Sa’d. Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara susuan.
Akhirnya datang juga wanita-wanita Keluarga Sa’d yang akan menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang akan mereka susukan. Akan tetapi mereka menghindari anak-anak yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa dari sang ayah. Sedang dari anak-anak yatim sedikit sekali yang dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu tak ada yang mau mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka harapkan.
Akan tetapi Halimah binti Abi-Dhua’ib yang pada mulanya menolak Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lain pun tidak menghiraukannya. Setelah sepakat mereka akan meninggalkan Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd’l-‘Uzza suaminya: “Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu dan akan kubawa juga.” “Baiklah,” jawab suaminya. “Mudah-mudahan karena itu Tuhan akan memberi berkah kepada kita.”
Halimah kemudian mengambil Muhammad dan dibawanya pergi bersama sama dengan teman-temannya ke pedalaman. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya. Selama dua tahun Muhammad tinggal di sahara, disusukan oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima’, puterinya. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat sekali menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih, Halimah membawa anak itu kepada ibunya dan sesudah itu membawanya kembali ke pedalaman. Hal ini dilakukan karena kehendak ibunya.
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan orang. Yakni, bahwa sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa’d itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapaknya: “Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan.”
Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa mengenai diri dan suaminya ia berkata: “Lalu saya pergi dengan ayahnya ke tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri. Mukanya pucat. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami tanyakan: “Kenapa kau, nak?” Dia menjawab: “Aku didatangi oleh dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari.” Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah itu, dibawanya anak itu kembali kepada ibunya di Mekah. Muhammad tinggal pada Keluarga Sa’d sampai mencapai usia lima tahun. Lima tahun masa yang ditempuhnya itu telah memberikan kenangan yang indah sekali dan kekal dalam jiwanya. Demikian juga Ibu Halimah dan keluarganya tempat dia menumpahkan rasa kasih sayang dan hormat selama hidupnya itu.
Aminah kemudian membawa anaknya itu ke Medinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara kakeknya dari pihak Keluarga Najjar.
Dalam perjalanan itu dibawanya juga Ummu Aiman, budak perempuan yang ditinggalkan ayahnya dulu. Sesampai mereka di Medinah anak itu diperlihatkan rumah tempat ayahnya meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan. Itu adalah yang pertama kali ia merasakan sebagai anak yatim. Dan barangkali juga ibunya pernah menceritakan dengan panjang lebar tentang ayah tercinta itu, yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-sama, kemudian meninggal dunia di tengah-tengah pamannya dari pihak ibu.
Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah sudah bersiap-siap akan pulang. Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan, ketika mereka sampai di Abwa’, ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan pula di tempat itu. Anak itu oleh Ummu Aiman dibawa pulang ke Mekah, pulang menangis dengan hati yang pilu, Ia makin merasa kehilangan sudah ditakdirkan menjadi anak yatim piatu. Kini ia melihat sendiri dihadapannya, ibu pergi untuk tidak kembali lagi, seperti ayah dulu. Tubuh yang masih kecil itu kini dibiarkan memikul beban hidup yang berat, sebagai yatimpiatu.
Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan terasa agak meringankan juga sedikit, sekiranya Abdul-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu juga meninggal, dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baru berumur delapan tahun. Sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.
Pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu Talib, sekalipun dia bukan yang tertua di antara saudara-saudaranya. Saudara tertua adalah Harith, tapi dia tidak seberapa mampu. Sebaliknya Abbas yang mampu, tapi dia kikir sekali dengan hartanya. Oleh karena itu ia hanya memegang urusan siqaya (pengairan) tanpa mengurus rifada (makanan). Sekalipun dalam kemiskinannya itu, tapi Abu Talib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Dan tidak pula mengherankan kalau Abdul-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad kemudian kepada Abu Talib.
D. MASA REMAJA NABI MUHAMMAD SAW
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Sekalipun usianya baru dua belas tahun, tapi dia sudah mempunyai persiapan kebesaran jiwa, kecerdasan dan ketajaman otak, sudah mempunyai tinjauan yang begitu dalam dan ingatan yang cukup kuat serta segala sifat-sifat semacam itu yang diberikan alam kepadanya sebagai suatu persiapan akan menerima risalah (misi) maha besar yang sedang menantinya. Ia melihat ke sekeliling, dengan sikap menyelidiki, meneliti. Ia tidak puas terhadap segala yang didengar dan dilihatnya. Ia bertanya kepada diri sendiri: Di manakah kebenaran dari semua itu?
Tampaknya Abu Talib tidak banyak membawa harta dari perjalanannya itu. Ia tidak lagi mengadakan perjalanan demikian. Malah sudah merasa cukup dengan yang sudah diperolehnya itu. Ia menetap di Mekah mengasuh anak-anaknya yang banyak sekalipun dengan harta yang tidak seberapa. Muhammad juga tinggal dengan pamannya, menerima apa yang ada. Ia melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yang seusia dia. Bila tiba bulan-bulan suci, kadang ia tinggal di Mekah dengan keluarga, kadang pergi bersama mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dengan ‘Ukaz, Majanna dan Dhu’l-Majaz, mendengarkan sajak-sajak yang dibawakan oleh penyair-penyair Mudhahhabat dan Mu’allaqat. Mereka bicara tentang Kitab-kitab Suci Isa dan Musa, dan mengajak kepada kebenaran menurut keyakinan mereka. Dinilainya semua itu dengan hati nuraninya, dilihatnya ini lebih baik daripada paganism yang telah menghanyutkan keluarganya itu. Tetapi tidak sepenuhnya ia merasa lega.
Kalau Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasir dengan pamannya Abu Talib, sudah mendengar para penyair, ahli-ahli pidato membacakan sajak-sajak dan pidato-pidato dengan keluarganya dulu di pecan sekitar Mekah selama bulan-bulan suci, maka ia juga telah mengenal arti memanggul senjata, ketika ia mendampingi paman-pamannya dalam Perang Fijar. Dan Perang Fijar itulah di antaranya yang telah menimbulkan dan ada sangkut-pautnya dengan peperangan di kalangan kabilah-kabilah Arab. Dinamakan al-fijar ini karena ia terjadi dalam bulan-bulan suci, pada waktu kabilah-kabilah seharusnya tidak boleh berperang. Pada waktu itulah pekan-pekan dagang diadakan di ‘Ukaz, yang terletak antara Ta’if dengan Nakhla dan antara Majanna dengan Dhu’l-Majaz, tidak jauh dari ‘Arafat. Mereka di sana saling tukar menukar perdagangan, berlomba dan berdiskusi, sesudah itu kemudian berziarah ke tempat berhala-berhala mereka di Ka’bah.
Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagi menghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatan membunuh ‘Urwa ar-Rahhal bin ‘Utba dari kabilah Hawazin. Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu’man bin’l-Mundhir setiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke ‘Ukaz membawa muskus, dan sebagai gantinya akan kembali dengan membawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tiba Barradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawah pengawasan kabilah Kinana. Demikian juga ‘Urwa lalu tampil pula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.
Adapun pilihan Nu’man terhadap ‘Urwa (Hawazin) ini telah menimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudian mengikuti dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil kabilah itu. Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukan kepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntut balas kepada Quraisy. Fihak Hawazin segera menyusul Quraisy sebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antara mereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri dengan pihak yang menang di Mekah. Pihak Hawazin memberi peringatan bahwa tahun depan perang akan diadakan di ‘Ukaz. Perang demikian ini berlangsung antara kedua belah pihak selama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan suatu perdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korban manusia lebih kecil harus membayar ganti sebanyak jumlah kelebihan korban itu kepada pihak lain.
Perang Fijar itu berlangsung hanya beberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya masyarakat Arab kembali ke pekerjaannya masing-masing.Pahit-getirnya peperangan yang tergores dalam hati mereka tidak akan menghalangi mereka dari kegiatan perdagangan, menjalankan riba, minum-minuman keras serta berbagai macam kesenangan dan hiburan sepuas-puasnya.Akan tetapi jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat, ingin mendengar,ingin mengetahui. Dan seolah tidak ikut sertanya ia belajar seperti yang dilakukan teman-temannya dari anak-anak bangsawan menyebabkan ia lebih keras lagi ingin memiliki pengetahuan. Karena jiwanya yang besar, yang kemudian pengaruhnya tampak berkilauan menerangi dunia, jiwa besar yang selalu mendambakan kesempurnaan, itu jugalah yang menyebabkan dia menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utama pemduduk Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan, dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa ia kanak-kanak gejala kesempurnaan, kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak, sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (artinya ‘yang dapat dipercaya’).
E. PERNIKAHAN NABI MUHAMMAD SAW
Suatu hari ia mendengar berita, bahwa Khadijah binti Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, ia bertambah kaya setelah dua kali ia kawin dengan keluarga Makhzum, sehingga dia menjadi seorang penduduk Mekah yang terkaya. Ia menjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya Khuwailid dan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya.Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun. “Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?” tanya Abu Talib. “Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor.” “Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai.” Demikian jawab Khadijah.
Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. “Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu,” katanya. Setelah mendapat nasehat pamannya Muhammad pergi dengan Maisara budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru duabelas tahun. Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah. Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Mekah. Ketika itu Khadijah sedang berada di ruang atas. Bila dilihatnya Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halaman rumahnya, ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik sekali mendengarkan. Sesudah itu Maisara pun datang pula yang lalu bercerita juga tentang Muhammad, betapa halusnya wataknya, betapa tingginya budi pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan Khadijah di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Mekah yang besar jasanya. Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia yang sudah berusia empat puluh tahun, dan yang sebelum itu telah menolak lamaran pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy tertarik juga hatinya mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya.
Kemudian dengan 20 ekor unta muda Muhammad melangsungkan pernikahannya dengan Khadijah. Perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin As’ad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan. Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-isteri yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapak yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak.
Adapun istri-istri Nabi Muhammad SAW berjumlah 11 orang, yaitu :
1. Khadijah binti Khuwailid
2. Saudah binti Jam’ah
3. Aisyah binti Abu Bakar r.a
4. Hafshah binti Umar r.a
5. Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
6. Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
7. Zainab binti Jashin
8. Zainab binti Khuzaimah
9. Maimunah binti Al-Harts Al-Hilaliyah
10. Juwairiyah binti Al-Haarits
11. Sofiyah binti Huyay
Dari 11 istri Nabi Muhammad SAW ini yang wafat saat Nabi masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah binti Khuwailid dan Zainab binti Khuzaimah, sedangkan istri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi wafat. Istri Nabi tersebut disebut dengan sebutan Ummul Mu’minin artinya ibu orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama Islam dikalangan ibu.
Nabi Muhammad mempunyai 7 orang anak, 3 laki-laki dan 4 orang perempuan, yaitu :
1. Qasim
2. Abdullah
3. Zainab
4. Fatimah
5. Ummu Kalsum
6. Rukayyah
7. Ibrahim
2. KERASULAN NABI MUHAMMAD SAW
A. AWAL KERASULAN
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa golongan berpikir mereka selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadat semacam ini mereka namakan tahannuf dan tahannuth. Di tempat ini rupanya Muhammad mendapat tempat yang paling baik guna mendalami pikiran dan renungan yang berkecamuk dalam dirinya. Juga di tempat ini ia mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, ingin mencari jalan memenuhi kerinduannya yang selalu makin besar, ingin mencapai ma’rifat serta mengetahui rahasia alam semesta. Di puncak Gunung Hira, sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri dan tahannuth. Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran semata. Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran. Di situ ia mengungkapkan dalam kesadaran batinnya segala yang disadarinya. Tambah tidak suka lagi ia akan segala prasangka yang pernah dikejar-kejar orang. Pada tanggal 17 Ramadhan ada keanehan didalam Gua hira waktu itu bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 611 M. Tatkala ia sedang dalam keadaan tidur dalam gua itu, ketika itulah datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya: “Bacalah!” Dengan terkejut Muhammad menjawab: “Saya tak dapat membaca”. Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi: “Bacalah!” Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab: “Apa yang akan saya baca. Malaikat jibril kemudian membaca surah al-alaq ayat 1-5. Muhammad kemudian menirukan bacaan itu. Hatinya bergetar Malaikat pun pergi, setelah kata-kata itu terpateri dalam kalbunya. Sinar terang-benderang yang memancar di hadapannya dan kebenaran yang telah menunjukkan jalan kepadanya itu, ialah Yang Tunggal Maha Esa. Tetapi siapakah yang telah memberi peringatan tentang itu, dan bahwa Dia yang menicptakan manusia dan bahwa Dia Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan kepada manusia dengan pena, mengajarkan apa yang belum diketahuinya? Ia memasuki pegunungan itu masih dalam ketakutan, masih bertanya-tanya. Tiba-tiba ia mendengar ada suara memanggilnya. Dahsyat sekali terasa. Ia melihat ke permukaan langit. Tiba-tiba yang terlihat adalah malaikat dalam bentuk manusia. Dialah yang memanggilnya. Ia makin ketakutan sehingga tertegun ia di tempatnya. Ia memalingkan muka dari yang dilihatnya itu. Tetapi dia masih juga melihatnya di seluruh ufuk langit. Sebentar melangkah maju ia, sebentar mundur, tapi rupa malaikat yang sangat indah itu tidak juga lalu dari depannya. Seketika lamanya ia dalam keadaan demikian. Dalam saat itu Khadijah telah mengutus orang mencarinya ke dalam gua tapi tidak menjumpainya. Setelah rupa malaikat itu menghilang Muhammad pulang sudah berisi wahyu yang disampaikan kepadanya. Jantungnya berdenyut, hatinya berdebar-debar ketakutan. Dijumpainya Khadijah sambil ia berkata: “Selimuti aku!” Ia segera diselimuti. Tubuhnya menggigil seperti dalam demam. Setelah rasa ketakutan itu berangsur reda dipandangnya isterinya dengan pandangan mata ingin mendapat kekuatan. “Khadijah, kenapa aku?” katanya. Kemudian diceritakannya apa yang telah dilihatnya, dan dinyatakannya rasa kekuatirannya akan teperdaya oleh kata hatinya atau akan jadi seperti juru nujum saja. Khadijah kemudian membawa Muhammad untuk menemui saudara nya, Waraqah bin Naufal. Ia seorang pemeluk Nasrani yang taat dan mempelajari injil dalam bahasa ibrani. Khadijah kemudian menceritakan kejadian yg baru di alami suaminya. Setelah mendengar cerita khadijah Waraqah berkata, ”Demi Tuhan! Dia telah memilihmu menjadi nabi umat ini. An-Namus al-Akbar (Malaikat jibril) telah datang kepada mu, sebagaimana ia datang kepada Nabi Musa. Kaummu akan mengatakan bahwa engkau penipu. Mereka akan memusuhimu, melawanmu, dan membuangmu. Sungguh bila aku masih hidup sampai waktu itu aku akan membela mu. Meskipun khawatir, Muhammad menjadi tenang kembali setelah mendengar nasihat dari Waraqah. Khadijah jg merasa gembira mendengar suaminya diangkat menjadi nabi.
B. PERTENGAHAN KERASULAN
Sepulang dari rumah Waraqah bin Naufal, Nabi Muhammad SAW tidak lagi menerima wahyu sampai beberapa saat lamanya. Hal itu membuatnya khawatir, jangan-jangan turunnya wahyu akan terputus. Disaat gelisah dan takut itu terdengar suara malaikat jibril, “Wahai Muhammad! Engkau adalah benar-benar rasul allah”. Mendengar perkataan malaikat jibril tersebut, hati nabi Muhammad saw menjadi tenang kembali. Suatu ketika beliau sedang berjalan, pada saat itu terdengar suara dari langit, Nabi Muhammad mendekati suara itu hingga tiba-tiba ia terjerembab. Akibatnya Nabi Muhammad SAW merasakan tubuhnya sakit dan menggigil kedinginan. Nabi Muhammad SAW kemudian pulang kerumah dan menyuruh khadijah untuk menyelimutinya. Dalam keadaan berselimut itulah malaikat jibril datang menyampaikan wahyu yang kedua. Wahyu itu adalah surah al-muddasir ayat 1-7.
Dengan turunnya wahyu tersebut, jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW juga telah diangkat menjadi rasul allah. Rasul adalah orang yang menerima wahyu Allah untuk disampaikan kepada orang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW berkewajiban menyampaikan wahyu Allah SWT tersebut kepada seluruh umat manusia.
Setelah turunnya wahyu yang kedua tersebut, Nabi Muhammad saw mulai berdakwah. Namun, dakwah tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan terbatas pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Hal itu dilakukan Nabi Muhammad saw agar masyarakat Mekah tidak kaget dan menolak. Mereka sudah terbiasa menyembah berhala. Apabila dakwah dilakukan secara terang-terangan, mereka tentu akan menolaknya. Orang yang pertama kali menerima dakwah Nabi Muhammad saw adalah Khadijah, istrinya sendiri dia adalah wanita yang pertama kali masuk islam. Setelah itu, Ali bin Abi talib masuk islam ia merupakan sepupu Nabi saat itu berusia 10 tahun, dia adalah pemuda muslim yang pertama. Orang berikutnya yang masuk islam adalah Abu Bakar as-Sidiq yang merupakan sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar kemudian berhasil mengajak beberapa temannya masuk islam, mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Arqam bin Abil Arqam. Setelah itu menyusul Zaid bin Harisah, kemudian Ummu Aiman ia merupakan pembantu keluarga Nabi Muhammad. Dengan dakwah secara diam-diam ini belasan orang telah masuk islam. Orang-orang itu disebut as-sabiqunal-awwalun, artinya orang-orang yang pertama kali memeluk agama islam.
Nabi Muhammad menjalankan dakwah secara diam-diam selama tiga tahun. Kemudian turun perintah untuk menjalankan dakwah secara terang-terangan.Perintah itu terdapat dalam surah al-Hijr ayat 94
Artinya:
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Qs.al-Hijr/15:94)
Pada awal tahun 613, setelah turunnya wahyu memerintahkan Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mulai menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas. Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam.
Banyak cara yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah Rasulullah, Banyak sekali contoh penganiayaan dan penyiksaan kaum Quraisy, tiap hari Nabi menghadapi penganiayaan baru. Misalnya, suatu hari Uqbah bin Abi Mu’ith melihat Nabi bertawaf, lalu menyiksanya. Ia menjerat leher Nabi dengan serbannya dan menyeret dia ke luar masjid. Beberapa orang datang membebaskan Nabi karena takut kepada Bani Hasyim. Dan masih banyak lagi. Nabi menyadari dan prihatin terhadap kondisi kaum Muslim. Kendati dia mendapat dukungan dan lindungan Bani Hasyim, kebanyakan pengikutnya budak wanita dan pria serta beberapa orang tak terlindung. Para pemimpin Quraisy menganiaya orang-orang ini terus-menerus, para pemimpin terkemuka berbagai suku menyiksa anggota suku mereka sendiri yang memeluk Islam. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pemeluk Islam selama periode ini mendorong lahirnya gagasan untuk berhijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia). Negus atau raja Habsyah, yang beragama Nasrani memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekah.
C. AKHIR MASA KERASULAN
1. Peristiwa Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah
Masyarakat Arab dari berbagai suku setiap tahunnya datang ke Mekah untuk beziarah ke Baitullah atau Ka’bah, mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan dalam kunjungan tersebut. Rasulullah melihat ini sebagai peluang untuk menyebarluskan ajaran Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan ajarannya ialah sekumpulan orang dari Yatsrib. Mereka menemui Rasulullah dan beberapa orang yang telah terlebih dahulu memeluk Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi para pemeluk Islam dan Rasulullah dari kekejaman penduduk Mekkah.
Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke Madinah. Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika perintah dari Allah SWT datang supaya beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti tiba waktunya diperlukan.
Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi Talib supaya memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya. Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw, mereka melihat sesosok tubuh di tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.
Menjelang subuh pemuda-pemuda Quraisy bersiap-siap membunuh beliau ketika keluar untuk menunaikan shalat subuh. Subuh pun tiba tetapi mereka tidak melihat beliau keluar dari rumahnya. Karena tidak sabar menunggu akhirnya mereka mendobrak masuk dan menggeledah rumah Muhammad, tetapi apa yang mereka dapati, yang ditemukan hanyalah Ali bin Abu Tolib. Mereka sangat marah dan merasa tertipu. Dengan geram mereka meninggalkan rumah nabi dan mencari keseluruh penjuru mekah. Mereka berkuda kesana kemari hingga tiba di gua tsur. Mereka yakin kalau nabi dan abu bakar bersembunyi. Bagi mereka tidak ada tempat lagi untuk bersembunyi mengingat sepanjang mata memandang hanyalah padang pasir. Memang benar dugaan mereka, nabi dan Abu Bakar berada didalam gua. Allah melindungi hambanya yang taat. Ketika para pengejar nabi akan memasuki gua Allah menunjukkan kekuasaannya, Di mulut gua itu dalam sesaat terdapat sarang laba-laba dan burung merpati yang sedang mengerami telurnya. Keadaan demikian itu menghilangkan kecurigaan orang-orang kafir terhadap persembunyian nabi dan Abu Bakar di dalam nya.
Tiga hari tiga malam nabi saw dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua itu. Tidak ada yang tahu tempat mereka bersembunyi kecuali Asma’ binti Abu Bakar, Abdullah bin Abu Bakar, dan Amir bin Fuhairah. Asma’ adalah orang yang mengantarkan bekal makan setiap hari, Abdullah yang member tahu keadaan di sekitar gua, dan Amir berjasa menghilangkan jejak nabi dan Abu Bakar dengan cara menggembalakan kambing disekitar gua. Menyadari keadaan telah aman, Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan kea arah utara menyusuri pantai laut merah. Beliau berdua melewati jalan yang tidak pernah ditempuh orang dengan mengendarai unta bersama penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqit. Namun di tengah perjalanan, dari belakang muncul Suroqoh bin Malik yang sedang mengendarai kuda berlari kencang sambil menghunus pedang untuk membunuh nabi saw. Sesuatu telah terjadi dengan nyata, ketika Suroqoh telah dekat dengan nabi, kuda Suroqoh terperosok kedalam pasir. Suroqoh bangkir dan mencoba menggapai nabi untuk membunuhnya, dia terpental lagi. Begitu dia lakukan lagi dan kejadian yang serupa menimpanya kembali. Dia kemudian berteriak minta tolong kepada nabi Muhammad saw. Segera nabi menolongnyadengan penuh ikhlas. Melihat keluhuran budi pekerti nabi Muhammad, Akhirnya Suroqoh dengan rela memeluk agama islam.
Pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1 hijriah bertepatan dengan tanggal 28 juni 622M, Nabi Muhammad dan Abu Bakar sampai di Quba’. Beliau tinggal disana selama 4 hari. Selama 4 hari itu digunakan oleh nabi saw beserta sahabat dan penduduk Quba’ mendirikan masjid yang diberi nama Masjid Taqwa atau disebut Masjid Quba’. Inilah masjid yang pertama kali didirikan oleh nabi Muhammad saw. Setelah itu nabi Muhammad saw, Abu bakar, dan Ali meneruskan perjalanan menuju kota yastrib. Umat islam baik kaum muhajirin maupun Anshor telah merindukan nabi dan telah bersiap-siap untuk menyambut kedatangan rasul pilihan yang mulia itu. Pada hari jum’at tanggal 16 Rabiul awal tahun 1 hijriah (2 juli 622 M) rombongan nabi Muhammad saw tiba di yastrib. Beliau mendapat sambutan yang sangat akrab dan penuh kerinduan. Diantara sambutannya itu masyarakat yastrib menyayikan lagu pujian untuk Nabi saw.
2. Peristiwa Isra’ Mi’raj
Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang? “tidak tahu”, kata Rasululullah.“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah kata Jibril.Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullahmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS. Kemudian terjadilah peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad untuk disucikan dengan air Zamzam oleh Malaikat Jibril di samping Ka’bah sebelum berangkat ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu. Sesampainya di Yerussalem, Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah Rasululullah memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasulululah bertanya : “Siapakah mereka ?”.“Saudaramu para Nabi dan Rasul”. Nabi Muhammad kemudian menjadi imam bagi nabi-nabi terdahulu ketika melaksanakan salat sunnah dua rakaat di Masjidl Aqsa. Jibril membawa dua gelas minumam berisi susu dan arak, Nabi memilih susu sebagai isyarat bahwa umat Islam tidak akan tersesat. Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasululullah melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha. “Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18). Di langit pertama Muhammad bertemu dengan Nabi Adam A.S, di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya A.S, di langit ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf A.S, di langit keempat bertemu dengan Nabi Idris A.S, di langit keenam bertemu dengan Nabi Musa A.S dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim A.S. Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril. Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milik Allah, segala Rahmat dan kebaikan“. Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“. Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Allah SWT berfirman : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“. “Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”. Nabi kemudian menerima perintah untuk membawa amanah Allah berupa salat 50 waktu dalam sehari semalam untuk Nabi Muhammad dan umatnya. Kemudian Rasulullah turun ke Sidratul Muntaha. Dalam perjalanan pulang di langit keenam, beliau bertemu Musa A.S. Terjadilah percakapan di antara keduanya, Musa menanyakan apa yang dibawa Muhammad setelah menghadap Allah. Muhammad kemudian menjelaskan mengenai perintah untuk melakukan salat 50 waktu dalam sehari semalam. Musa lantas menyuruh Muhammad untuk kembali menghadap Allah dan meminta keringanan. Muhammad lantas kembali kehadirat Allah untuk meminta keringanan. Permintaan tersebut dikabulkan, perintah shalat diturunkan menjadi 45 kali. Setelah itu Muhammad kembali dan bertemu lagi dengan Musa. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW sempat beberapa kali pulang pergi untuk meminta keringanan shalat, hingga akhirnya turun menjadi lima kali dalam waktu sehari semalam. Setelah perintah shalat diturunkan menjadi lima waktu dalam sehari semalam, dikisahkan bahwa Nabi Musa masih menyuruh Muhammad untuk meminta keringanan. Tapi Nabi Muhammad tidak berani lagi melakukannya karena malu pada Allah, ia pun rela dan ikhlas dengan ketentuan tersebut. Nabi akhirnya kembali dengan membawa perintah salat selama lima waktu yang kita kenal sebagai salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib dan Isya. Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan izin Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga dan tidak terlintas dihati manusia. Semua itu membuat Rasul kagum dan untuk mengejar surgalah mestinya manusia beramal. Kemudian Rasululullah diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.
3. Wafatnya Nabi Muhammad SAW
Haji wada’ adalah haji terakhir yang dilakukan oleh rasulullah dalam hidupnya. Haji wada’ ditunaikan oleh nabi Muhammad pada tanggal 10 Dzulhijah tahun 10 H (632 M). Disebut haji wada’ atau perpisahan, karena merupakan haji perpisahan dan haji terakhir bersama Rasulullah. Haji ini merupakan pedoman bagi kaum muslimin dalam menunaikan ibadah haji sepanjang masa, karena nabi saw menunaikan ibadah haji ini dengan sangat sempurna. Ketika berada di padang Arofah beliau berkhutbah yang isinya antara lain: “Hai sekalian manusia ketahuilah olehmu bahwa tuhanmu satu, dan bapakmu itu satu. Kamu sekalian keturunan adam dan adam diciptakan dari tanah. Sesungguhnya yang termulia disisi Allah ialah orang-orang yang paling taqwa kepada-Nya”. Kemudian pada hari itu juga turun wahyu terakhir kepada nabi Muhammad saw. “pada hari ini telah ku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah ku ucapkan nikmat-ku bagimu, dan aku telah rela islam sebagai agamamu” (Qs. Al maidah ayat 3). Surah al maidah ayat 3 tersebut merupakan wahyu terakhir yang diterima oleh Rasulullah saw. Dengan turunnya surah al maidah ayat 3 ini mengisyaratkan bahwa tugas nabi Muhammad saw untuk menyampaikan risalah nya telah selesai.
Sepulang dari haji wada’ Rasulullah saw menderita sakit, mula-mula dia berbaring dirumah maimunah, kemudian pindah kerumah aisyah. Pada suatu malam Rasulullah merasa badannya segar dan panas nya menurun, beliau segera datang kemasjid dan member nasihat kepada jamaah. Rasulullah telah menyampaikan risalah agama islam selama 22 tahun 2 bulan 22 hari dengan tiada mengenal lelah dan putus asa. Perjuangan nya penuh tantangan, penderitaan dan siksaan dari orang-orang kafir Quraisy mekah. Hinaan serta cecaran serta penghianatan dari orang-orang yahudi di madinah telah beliau alami secara bertubi-tubi. Begitu pula perlakuan orang-orang munafik tidak bosan-bosan nya memusuhi nabi, selama beliau menyiarkan agama islam. Pada bulan safar tahun 11 Hijriah beliau mulai jatuh sakit, sakit yang beliau alami tidak menunjukkan ada tanda-tanda kesembuhan. Para sahabat berupaya membantu kesembuhan nabi tapi rupanya tidak menunjukkan hasil yang menggembirakan. Rupanya Allah menentukan lain. Setelah selama 14 hari beliau menderita sakit, Allah memanggil hamba pilihannya itu agar datang menghadapnya. Peristiwa itu terjadi pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah bertepatan tanggal 8 juni 632 M.Rasulullah meninggal pada usia 63 tahun di madinah.Beliau berpulang ke rahmatullah dengan tenang diatas pangkuan isrinya Aisyah r.a.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal atau tahun gajah atau bertepatan pada tanggal 20 April 571 M. Nabi Muhammad saw diangkat sebagai rasul pada tanggal 17 Ramadhan atau tanggal 6 Agustus 611 M. wahyu yang pertama turun adalah surah al-alaq ayat 1-5. Wahyu kedua yang diterima nabi Muhammad adalah surah al-mudasir ayat 1-7. Dengan turunnya wahyu kedua tersebut jelaslah bahwa nabi Muhammad juga telah diangkat menjadirasul allah, oleh Karena itu nabi Muhammad berkewajiban menyampaikan wahyu Allah kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad memulai dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi dan terbatas kepada keluarga dan sahabat. Setelah menjalankan dakwah secara diam-diam selama tiga tahun, kemudian turun perintah untuk menjalankan dakwah secara terang-terangan. Perintah itu terdapat pada surah al-Hijr ayat 94. Perintah shalat lima waktu merupakan inti perjalanan isra’ mi’raj yang dilakukan nabi Muhammad saw. Dalam mejalankan dakwah nya nabi banyak mendapat rintangan, cemoohan, penghiantan. Wahyu terakhir yang beliau terima adalah surah al-maidah ayat 3. Disebut wahyu terakhir karena turun sebelum beliau wafat.
B. Pendapat Penulis
Nabi Muhammad merupakan sosok yang luar biasa, dalam menyampaikan wahyu Allah banyak sekali cobaan yang harus dihadapi. Beliau banyak sekali mendapat hinaan dan celaan dari kaum kafir Quraisy. Tapi nabi Muhammad tidak pernah putus asa dalam menyebarkan agama islam, bahkan nabi Muhammad semakin sabar dan bersemangat dalam berdakwah sampai akhir hayat nya.
Kita sebagai umat muslim harus bangga dan harus terus melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad hingga akhir zaman. Jangan sampai perjuangan Nabi Muhammad menjadi sia-sia diakhir zaman nanti karena ketidak peduliannya kita atas perjuangan beliau untuk membangkitkan, menyebarkan agama Islam di muka bumi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hameed Siddiqui, The Life Muhammad, ( Delhi : Righway Publication, 2001 )
Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, ( Jogjakarta : Diglossia, 2007 )
Sugeng sugiharto, Bingkai sejarah kebudayaan islam 1, ( Solo : Tiga serangkai, 2008 )
Sugeng suguharto, Bingkai sejarah kebudayaan islam 2, ( Solo : Tiga serangkai, 2008 )
http://jofania.wordpress.com/2014/01/13/sejarah-kehidupan-nabi-muhammad-saw/