Kamis, 28 April 2016

Makalah Aaqidah Akhlak tentang Iman Kepada Allah

“RUANG LINGKUP MAKNA IMAN KEPADA ALLAH SWT”
(PENGKAJIAN TERHADAP SIFAT-SIFAT ALLAH SWT)

A. PENGERTIAN IMAN
Iman bentuk masdar atau kata kerja dari ‘amana - yu’minu yang berarti percaya, setia, aman, melindungi, dan menempatkan (sesuatu) pada tempat yang aman. Iman diuraikan dalam Sabda nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari Sebagai berikut :
“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitrab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Kebangkitan, dan kada (peraturan) dan kadar atau kuasa-Nya.”
Iman Merupakan kunci keislaman seseorang yang dalam perwujudannya disimbolkan dengan pengucapan dua kalimat syahadat (persaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Utusan Allah). Iman tidak ada artinya tanpa amal saleh dan amal saleh akan sia-sia jika tidak dilandasi dengan iman.

B. PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH
Iman kepada Allah adalah percaya dan yakin atas keberadaan Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya, dan mengimplementasikannya dengan amal perbuatan sehari-hari. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan (Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan doktrin utama dalam Islam yang nanti pada akhirnya berimplikasi pada doktrin-doktrin keimanan dalam Islam lainnya seperti yang tertuang dalam rukun iman.
Iman kepada Allah adalah mengakui adanya Allah yang maha pencipta semua mahkluk, pada hakikatnya iman kepada Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia itu dilahirkan, manusia membutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak.[ ]
Pengertian iman kepada Allah ialah:
•    Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah.
•    Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
•    Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).[ ]
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah.[ ]

C. SIFAT-SIFAT ALLAH SWT
1. SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk.
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
a. Sifat wajib, artinya sifat-sifat   yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13.
b. Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
c. Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”[ ]

Sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWt adalah sebagai berikut.

No Sifat Wajib Artinya Sifat Mustahil Artinya
1. Wujud Ada Adam Tidak ada
2. Qidam Terdahulu Hudus Baru
3. Baqa’ Kekal Fana’ Rusak
4. Mukhalafatu lilhawadisi Berbeda dengan baru (mahluk) Mumasalatu lil hawadisi Sama dengan mahluk-Nya
5. Qiyamuhu binafsihi Berdiri dengan zat-Nya sendiri Ihtiyajuhu lighairihi Membutuhkan pertolongan orang lain
6. Wahdaniyat Esa Ta’adud Berbilang
7. Qudrat Kuasa Ajzu Lemah
8. Iradat Berkehendak Karahah Terpaksa
9. Ilmu Mengetahui Jahlun Bodoh
10. Hayat Hidup Mautun Mati
11. Sama’ Mendengar Summu Tuli
12. Basar Melihat Umyum Buta
13. Kalam Berfirman Bukmum Bisu
Adapun sifat wajib yang menunjukkan makna “Maha” adalah sebagai berkut.
No Sifat Maknawiyah Artinya Sifat Mustahil Artinya
1. Qadiran Maha Kuasa Ajzun Yang Maha Lemah
2. Muridan Maha Berkehendak Mukrahan Yang maha terpaksa
3. Aliman Maha Mengetahui Jahilun Yang maha bodoh
4. Hayyan Maha Hidup Mayyitun Yang mati
5. Sami’an Maha Mendengar Ashamma Yang maha tuli
6. Basiran Maha Melihat A’ma Yang maha buta
7. Mutakaliman Maha Berfirman Abkama Yang maha bisu

2. Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT.
a. Wujud
Wujud berarti ada. Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Adapun sifat mustahil-Nya adalah adam  yang berarti tidak ada.
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya.
Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu? Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.[ ]
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” (QS.Al Muminun :78-80)

b. Qidam
Qidam berarti terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat terdahulu karena tidak ada yang mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS.Al-Hadiid:3)

c. Baqa’
Baqa’ berarti kekal. Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan. Sifat mustahilnya adalah  fana’ artinya rusak atau binasa. Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya
Firman Allah SWT :
Artinya :  Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27)

d. Mukhalafatu lil Hawadisi
Mukhalafatu lil Hawadisi berarti berbeda dengan semua yang baru (mahluk). Sifat mustahilnya adalah mumasalatu lil hawadisi artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya.
Firman Allah SWT :
Artinya :”……… Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS Asyura’: 11)      
Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.

e. Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahilnya adalah ihtiyaju lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.[ ]
Firman Allah SWT :
Artinya : “Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.” (QS Ali Imran:2)

f. Wahdaniyah
Wahdaniyah  berarti esa atau tunggal. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.
Esa  zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat mustahil-Nya adalah ta’adud  artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
firman Allah SWT berikut ini :
Artinya :”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas :1-4)

g. Qudrat
Qudrat berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi oleh undang-undang dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia.
Sifat mustahilnya adalah ‘ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al Baqarah:20)
Sungguh tidak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

h. Iradat
Iradat berarti berkehendak. Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Adapun sifat mustahilnya adalah karahah, artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifatiradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah”. (QS. Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.

i. Ilmu
Ilmu berarti mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun yang artinya bodoh. Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
Artinya :”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hujurat:16).
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.

j. Hayat
Hayat berarti hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat mustahilnya adalah mautun yang artinya mati. Contohnya, manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah SWT :
Artinya:”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur”. (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggungjawabkan.[ ]

k. Sama’
Sama’ berarti mendengar . Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya. Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun .
Firman Allah SWT :
Artinya :”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.

l. Basar
Basar berarti melihat. Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat mustahil-Nya adalah ‘umyun,  artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT :
Artinya :”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.

m. Kalam
Kalam berarti berfirman atau berbicara. Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi.
Firman Allah SWT :
artinya :”…….Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas.(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.

3. PEMBAGIAN SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

a. Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud.
b. Sifat Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah.
c. Sifat Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
d. Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.[ ]

D. KESIMPULAN :
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.  iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman.Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.
Allah mempunyai sifat Sifat wajib, artinya sifat-sifat   yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah, Yaitu: wujud, qidam, baqa’, mukhalafatu lilhawadisi, qiyamu binafsihi, wahdaniyat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, basar, kalam, qadiran, muridan, ‘aliman, hayan, sami’an, basiran, mutakalliman.

E. SARAN
Setelah kita mempelajari iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat wajib bagi Allah, sudah sepatutnya kita.

Kamis, 21 April 2016

Makalah Bahasa Indonesia "Metode Kontekstual"

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami. Buka transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu memosisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) datang dari “menemukan diri” bukan dari “apa kata guru”. Begitu peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Kontekstual hanya sebagai strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pendekatan kontekstual ?
2. Bagaimana perbedaan pendekatan kontekstual dengan pendekatan tradisional ?
3. Bagaimana cara penerapan pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ?
4. Bagaimana strategi implementasi pendekatan kontekstual ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian dari pendekatan kontekstual.
2. Mengetahui perbedaan dari pendekatan kontekstual dan pendekatan tradisional.
3. Memahami cara penerapan pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
4. Mengetahui strategi implementasi pendekatan kontekstual.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN KONTEKSTUAL
1. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Elaine B. Johnson. Berpendapat bahwa Contextual  Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Depdiknas, 2002:5).
Dari batasan di atas, dapat ditarik dua hal pokok, yakni mengenai peran guru dan peran siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus meyakini bahwa yang mereka pelajari itu berguna sebagai bekal hidup mereka. Sekaitan dengan itu, di sisi lain, guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri hal-hal yang seharusnya mereka temukan. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa harus memposisikan diri sebagai diri sendiri yang sedang mencari bekal untuk hidupnya nanti. Dalam upaya itu, guru berperan sebagai pengarah dan pembimbing.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kontekstual.
Karakteristik Pembelajaran CTL antara lain :
a. Kerjasama.
b. Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem.
c. Bermuara pada keragaman konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda.
d. Saling menunjang.
e. Menyenangkan, tidak membosankan.
f. Belajar dengan bergairah.
g. Pembelajaran terintegrasi.
h. Menggunakan berbagai sumber.
i. Siswa aktif.
j. Sharing dengan teman.
k. Siswa kritis guru kreatif.
l. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
m. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, karangan siswa dan lain-lain.

3. Lima Elemen Belajar Kontekstual
Menurut Zahorik (1995 dalam Direktorat PLP Depdiknas, 2003) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual , yaitu :

a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
b. Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari keseluruhan dulu, kemudian memerhatikan detailnya.
c. Pemahaman pengetahuan, yaitu dengan cara menyusun : (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan, (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut.
e. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

4. Komponen Kontekstual
a. Kontruktivisme (Constructivism)
Contructivism merupakan landasan berfikir pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Landasan berfikir kontruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan :
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
2) Member kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
b. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk kegiatan pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya.
- Siklus inquiri :
1) Observation
2) Questioning
3) Hipotesis
4) Data gathering
5) Conclusion.
- Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) :
1) Merumuskan masalah
2) Mengamati atau melakukan observasi
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya
4) Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiensi yang lain.

c. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :
1) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis
2) Mengecek pemahaman siswa
3) Membangkitkan respon kepada siswa
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community
Dalam kelas CTL, guru disarankan agar selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru mengajar siswanya bukanlah contoh masyarakat belajar. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Praktik metode ini dalam pembelajaran terwujud dalam :
1) Pembentukan kelompok kecil
2) Pembentukan kelompok besar
3) Mendatangkan ahli ke kelas
4) Belajar dengan kelas sederajatnya
5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
6) Bekerja dengan masyarakat.

e. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan, dan sebagainya. Atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu.
Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Contoh itu, disebut sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus dicapainya.

f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan baru yang diterimanya.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
Catatan atau jurnal di buku siswa
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
Diskusi
Hasil karya.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran.
Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada saat proses pembelajaran. Karakteristik authentic assessment :
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Terintegrasi
Dapat digunakan sebagai feed back.


B. PERBEDAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN PENDEKATAN TRADISIONAL
Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang berpijak pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang berpijak pada pandangan behaviorisme-objektivis.  Menurut Sanjaya (2006 : 256). Ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN TRADISIONAL
1 Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran Siswa adalah penerima informasi secara pasif
2 Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi Siswa belajar secara individual
3 Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan masalah yang disimulasikan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Perilaku dibangun atas dasar kesadaran diri Perilaku dibangun atas dasar kebiasaan
5 Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian (angka) rapor
7 Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterangkan sampai paham kemudian dilatihkan
9 Pemahaman siswa dikembangkan atas dasar yang sudah ada dalam diri siswa Pemahaman ada di luar siswa, yang harus diterangkan, diterima, dan dihafal
10 Siswa menggunakan kemampuan berfikir kritis, terlibat dalam mengupayakan terjadinnya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan membawa pemahaman masing-masing dalam proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima rumusan atau pemahaman (membaca, mendengarkan, mencatat, menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran
11 Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia diciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya Pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang berada di luar diri manusia
12 Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan oleh manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, maka pengetahuan itu selalu berkembang. Bersifat absolut dan bersifat final
13 Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
14 Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa
15 Hasil belajar diukur dengan berbagai cara : proses, bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, tes, dll. Hasil belajar hanya diukur dengan hasil tes
16 Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas
17 Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek Sanksi adalah hukuman dari perilaku jelek
18 Perilaku baik berdasar motivasi intrinsic Perilaku baik berdasar motivasi ekstrinsik
19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru
20 Seseorang berperilaku baik karena ia yakin itulah yang terbaik dan bermanfaat Seseorang berperilaku baik karena dia terbiasa melakukan begitu. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenagkan


C. PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL dalam PBSI
Karya sastra diciptakan untuk dinikmati. Dengan demikian, pembelajaran sastra harus membimbing siswa untuk dapat menikmati karya sastra. Tugas pertama guru sastra adalah membangkitkan minat siswa untuk membaca dan menikmati karya sastra.
Apabila siswa hanya diajak berpikir tentang teori sastra, mereka boleh jadi menganggap karya sastra itu hanya mengandung kerumitan yang susah dicerna oleh pikiran mereka. Jika seperti itu, pembelajaran sastra menjadi terasa memberatkan dan membosankan yang akhirnya tidak mereka sukai.
Siswa harus diajak pada pengalaman bersastra. Pegalaman di sini dimaksudkan sebagai kegiatan respons yang utuh dari jiwa manusia ketika kesadarnnya bersinggungan dengan relitas, yakni sesuatu yang dapat merangsang atau menyentuh kesadaran manusia, baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar dirinya. Disebut respons yang utuh karena tidak hanya meliputi kegiatan pikiran atau nalar, tetapi juga menyangkut perasaan dan imajinasi (Sumardjo dan Saini: 1997: 10).
Untuk membawa para siswa pada pengalaman bersastra, guru harus memiliki pengalaman menikmati karya sastra. Pada saat membaca karya sastra, guru sastra harus memiliki kesadaran penuh dengan dibekali pedekatan pengkajian agar dapat memilih karya sastra yang layak untuk para siswanya. Guru harus mampu memilih karya sastra yang tepat untuk siswanya tinjau dari segi intra-estetika dan ekstra-estetika. Yang dimaksud dengan unsur intra-estetika ialah segala hal yang dapat memuaskan kepekaan estetika para siswa yang terdapat dalam karya sastra. Sementara, yang dimaksud dengan unsur ekstra-estetika ialah nilai-nilai moral yang agung yang terkandung dalam karya sastra tersebut yang dapat dijadikan bahan renungan mereka dalam mengebangkan kepribadiannya.
Uraian di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa guru sastra haruslah orang yang betul-betul berminat terhadap karya sastra, di samping juga harus memiliki kegairahan untuk memperkenalkan karya sastra kepada para siswa denngan cara yang tepat. Tanpa bekal pokok ini, guru hanya akan membawa para siswa pada teori sastra yang ditawarkan di berbagai buku sumber tanpa pelibatan jiwa yang utuh yang meliputi pikiran, perasaan, dan imajinasi.

1. PEMBELAJARAN PUISI
Persoalan pertama yang dihadapi guru yang hendak melaksanakan pembelajaran puisi adalah minat siswa yang rendah terhadap apresiasi puisi. Mengapa siswa tidak menyukai puisi kalau puisi itu dapat memuaskan daya estetis mereka? Pada pengalaman pertama mereka berkenalan dengan puisi, mereka mungkin dihadapkan pada deretan kata yang tidak bisa dimengerti sementara mereka berhadapan pula dengan tugas-tugas pikiran yang rumit berkenaan dengan puisi tersebut. Mereka masuk dari pintu teori yang dipaksakan.
Apabila para siswa memang memiliki minat yang rendah terhadap puisi, sangat bijaksana apabila mereka dilibatkan pada proses interaksi dengan bahan-bahan puitis yang menyangkut minat mereka, misalnya teks lagu-lagu yang puitis. Sangat banyak lagu populer yang liriknya memiliki unsur-unsur yang mendekati estetika puisi. Kedekatan estetis itu, misalnya berkaitan dengan: tema, perasaan, suasana, amanat, diksi, kata kongkret, rima, irama, majas, pencitraan, dan tipografi.
Sejenak mereka diajak menikmati lagu dalam nyanyian bersama yang diiringi musik yang mereka mainkan sendiri. Atau suara penyanyi aslinya dan mereka diminta untuk mengikutinya. Lalu, mereka diminta untuk menyampaikan perasaan dan pikiran mereka mengapa mereka menyukai lagu tersebut. Biarkan mereka menyampaikan tanggapannya tentang lagu, musik, dan mungkin juga tentang liriknya. Mulailah dengan diskusi di dalam kelompok kecil. Ajak mereka untuk berinteraksi dengan penggunaan bunyi, kata, pencitraan, dan majas dalam lirik lagu tersebut yang memiliki kemiripan dengan penggunaannya dalam puisi yang sesungguhnya.
Pada tahap berikutnya, siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan hasil penghayatan terhadap puisi yang dibacanya dengan cara membacakan puisi itu di depan kelas. Pada proses ini para siswa dalam learning community yang nyata. Bentuklah kelompok-kelompok diskusi. Mereka bertukar pikiran mengenai hasil interaksinya dengan puisi yang sama. Mereka menyimak respon temannya yang mungkin mengukuhkan tanggapannya sendiri atau menggugurkan keyakinannya dan menggantinya dengan tanggapan baru yang lebih mereka yakini.

2. PEMBELAJARAN PROSA FIKSI
Seperti halnya pada pembelajaran puisi, siswa sebaiknya diberi kesempatan langsung berinteraksi dengan dongeng, cerpen, atau novel. Mereka harus membacanya sendiri dengan penuh kenikmatan, tanpa harus dibebani dulu dengan berbagai pertanyaan yang dapat mengganggu keasyikan mereka ketika membacanya.
Setelah membaca cerpen yang kita pilih untuk mereka, barulah mereka diajak untuk mengemukakan responnya terhadap cerpen tersebut. Mereka lebih baik dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok yang anggotanya sedikit agar interaksinya lebih hidup dan setiap anggota memiliki kesempatan yang leluasa untuk mengemukakan tanggapannya. Guru dapat mengajukan pertanyaan yang dipertimbangkan dapat membawa mereka pada temuan fakta yang dapat dirumuskan.
Sebelum diajukan pertanyaan baru yang terlalu banyak, sebaiknya setiap kelompok mempresentasikan dahulu tanggapannya. Setiap anggota kelompok, sebaiknya bergiliran untuk menjadi wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.
Di samping membaca, pembelajaran cerpen dapat berupa menulis cerpen, membacakan cerpen, mengubah cerpen menjadi drama, atau mendramatisasikan cerpen. Pelatihan menulis cerpen dapat berupa kegiatan: menyelesaikan cerita, menceritakan kembali, menerjemahkan, atau mengubah sudut pandang. Sebagai contoh, proses penulisan cerpen dengan mengubah sudut pandang. (Dalam pembelajaran kontekstual pemberian contoh (pemodelan) merupakan suatu keharusan).
Ajak mereka memberikan tanggapan pribadinya dalam kelompok kecil. Proses inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, dan refleksi dapat dilakukan dalam kelompok kecil ini. Guru sebaiknya mengamati mereka sambil mencatat kemajuan mereka dalam memberikan tanggapan apresiatifnya sebagai pelengkapan data penilaian autentik.
Strategi pembelajaran seperti ini dapat juga diterapkan untuk pembelajaran dongeng, novel, dan drama. Prinsipnya, mereka diajak untuk berinterkasi langsung dengan dongeng, cerpen, novel, dan drama. Kemudian mereka mengemukakan tanggapan nya mengenai bahan-bahan yang telah mereka baca.
Pada bagian akhir, bisa saja kita menyajikan teori yang diambil dari buku, tetapi dengan cara yang membuat mereka semakin percaya diri dan bangga pada hasil temuannya. Perkenalkan teori-teori yang belum mereka rumuskan sambil mengajak mereka untuk menemukan fakta-fakta di dalam teks yang mereka baca.


D. STRATEGI IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Berdasarkan pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan kontekstual, beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru melalui pembelajaran kontekstual, antara lain sebagai berikut :
1. Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar mengajar di dalam kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir secara kritis dalam memecahkan maasalahyang ada. Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa, antara lain di sekkolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar di luar kelas. Misalnya, siswa keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa harus lebih memerhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri.
5. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khussus untuk menjadi guru tamu.hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, di mana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.
6. Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Jhonson (2002 : 165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.


BAB III
PENUUTUP

A. KESIMPULAN
Sesuai dengan pembahasan maka dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :  Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran komprehensif yang menghubungkan langsung antara materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata di mana siswa berada. Melalui pembelajaran kontekstual, siswa dapat lebih aktif dan kreatif, dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna, dapat menguasai materi secara mendalam dan luas, serta mengetahui aplikasinya secara langsung dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Tujuh elemen penting, yaitu: penemuan (inquiry), pertanyaan (questioning), konstruktivistik (constructivism), pemodelan (modeling), masyarakat belajar (learning community), penilaian autentik (authentic assessment), dan refleksi (reflection).
Peran guru dalam pembelajaran kontekstual sangat penting, terutama dalam merancang skenario semua aktivitas pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Aktivitas guru dalam pembelajaran lebih pada mengarahkan semua aktivitas siswa untuk belajar secara langsung sesuai komponen-komponen pembelajaran kontekstual, sehingga guru cenderung sebagai fasilitator.

B. SARAN
Sebagai mahasiswa dan calon pendidik, kita wajib mengetahui bahan informasi tentang konsep pembelajaran kontekstual, bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan efektivitas penerapan pendekatan kontekstual di dalam kelas, serta dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.



DAFTAR PUSTAKA

Kunandar, S.Pd, M.Si. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Rajawali Pers.
Muslich Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta :Kencana
http://file.upi.edu/direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/PENDEKATAN_KONTEKSTUAL_SMP.pdf

Kamis, 14 April 2016

Makalah Sejarah Pendidikan Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sejarah dapat memberikan landasan atau titik tolak terjadinya berbagai peristiwa. Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling berpengaruh antar peristiwa di dalam sistem gerak dan perubahan. Oleh karena itu, sejarah memberikan landasan bagi kaum pelajar dan praktis kehidupan mengamati dan mengubah dunia, baik pada masa sekarang, maupun untuk masa-masa yang akan datang. Dengan mengetahui arti dan kaedah-kaedah peristiwa yang telah terjadi pada masa yang silam, maka manusia diharapkan akan mampu menempatkan diri serta menata lingkungannya dalam usaha menciptakan kehidupan yang lebih baik, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Dengan adanya beberapa kenyataan diatas, maka dengan mempelajari sejarah pendidikan, khususnya pendidikan Islam pada masa kemerdekaan. Maka para pendidik serta pembina pendidikan diharapkan akan memperoleh bahan-bahan pemikiran dan tindakan kearah usaha-usaha memajukan pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teori kedatangan Islam ?
2. Bagaimana periodesasi sejarah Islam di Indonesia ?
3. Bagaimana pendidikan Islam di Indonesia masa kemerdekaan ?
4. Apa saja kebijakan pemerintah dalam pendidikan Islam ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui bagaimana teori kedatangan Islam di Indonesia.
2. Mengetahui periodesasi sejarah Islam di Indonesia.
3. Mengetahui pendidikan Islam di Indonesia masa kemerdekaan.
4. Mengetahui apa saja kebijakan pemerintah dalam pendidikan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN


1. PENYAJIAN DATA SEJARAH
A. Teori-Teori Tentang Kedatangan Islam
Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok : tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga masalah pokok ini jelas belum tuntas, tidak hanya karena krangnya data yang dapat mendukung suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, sementara mengabaikan aspek-aspek lain-lainnya. Karena itu, kedatangan teori yang ada dalam segi-segi terentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, konversi agama yang terjadi dan proses-proses islamisasi yang terlibat di dalamnya. Bukannya tidak biasa jika suatu teori tertentu tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tandingan yang diajukan teori-teori lain.
Sejumlah sarjana, kebanyakan asal Belanda, memegang teori bahwa asal muasal Islam di Nusantara adlah Anak Benua India, bukannya Persia atau Arabia. Sarjana utama yang engemukakan teori ini adlaah Pijnappel, ahli dari Universitas Leiden. Dia mengaitkan asal muasal Islam di Nusantara dengan wilayah Gujarat dan Malaban. Menurut dia, adalah orang-orang Arab bermahzab Syafi’i yang bermigrasi dan menetap di wilayah India tersebut yang kemudian membawa Islam ke Nusantara.
Teori ini kemudian dikembangkan snouck Hurgronje yang berhujah, begitu Islam berpijak koko dibeberapa kota pelabuhan Anak Benua India, muslim Deccan banyak di antara merkea tinggal di sana sebagai pedagang perantara dalam perdangangan Timur Tengah dengan Nusantara datang ke dunia Melayu Indoensia sebagai penyebar Islam pertama. Baru kemudian mereka disusul oleh orang-orang Arab kebanyakan keturunan Nabi Muhammad SAW. Karena menggunakan gelar sayyid atau syarif yang menyelesaikan pebyebaran Islam di Nusantara.[ ]

B. Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia
Harun Nasution, secara garis besar membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Periode pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah pendidikan Islam sebagai berikut :
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW. Lebih kurang 23 tahun semenjak beliau menerima wahyu pertama sebagai tanda kerasulannya sampai wafat.
2. Periode pertumbuha pendidikan Islam, yang berlangsung sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sampai dengan akhir kekuasaan Bani Umaiyah, yang diwarnai oleh penyebaran Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa di luar bangsa Arab dan berkembangnya ilmu-ilmu naqli.
3. Periode kejayaan Islam, yang berlangsung sejak permulaan Daulah Bani Abbasiyah sampai dengan jatuhnya kota Bagdad yang diwarnai dengna berkembangnya secara pesat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam serta mencapai puncak kejayaannya.
4. Tahap kemunduran pendidikan, yang berlangsung sejak jatuhnya kota Bagdad sampai dengan jatuhnya Mesir oleh Napoleon Bonaparte disekitar abad ke-13 M yang ditandai oleh lemahnya kebudayaan Islam dan berpidahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan dan peradaban manusia ke dunia barat.
5. Tahap pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon di akhiri abad ke-18 M sampai sekarang ini, yang ditandai dengan masuknya unsur-unsur budaya dan pendidikan modern dari dunia Barat ke dunia Islam.
Sementara itu kegiatan pendidikan Islam di Indonesia yang lahir dan tumbuh serta berkembang bersamaan dengan masuknya dan berkembangnya Islam di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka melacak Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia dengan periodisasinya baik bagi pemikiran, isi maupun pertumbuhan organisasi dan kelembagaannya serta pola kebijakan pemerintah pertumbuhan organsiasi dan kelembagaannya serta, fase-fase peting yang dilalui, secara garis besar fase tersebut dapat dibagi menjadi :
1. Periode masuknya Islam ke Indonesia
2. Periode pengembangan melalui proses adaptasi
3. Periode pengembangan kerajaan-kerajaan Islam
4. Periode penjajahan Belanda
5. Periode penjajahan Jepang
6. Periode kemerdekaan I (Orde Lama)
7. Periode kemerdekaan II (Orde baru/pembangunan)
Berangkat atas periodisasi diatas, maka penulis akan mencoba untuk menggali bentuk-bentuk kebijakan atau pola dan kebijakan pendidikan Islam di Indonesia pada masa awal kemerdekaannya sampai orde lama. KH. Zainuddin Zuhri menggambarkan, bahwa rakyat Indonesia yang mayoritas umat Islam memandang orang-orang Barat tersebut sebagai penakluk dan penjajah, merkea kaum imperealis, tidak peduli mereka Katolik atau Protestan. Dalam dada penjajah beigtu kuatnya ajaran politik, curang dan licik.

C. Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan
Penyelenggaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 Desember 1945 menyebutkan bahwa :
”Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakat dalam masyarakat[ ] Indoensia pada umumnya, hendaknya pula pendapat perhatian dan bantuan nyata tututan dan bantuan material dari pemerintah”.
Seirama dengan perjalanan sejarah bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga sekarang, maka kebijakan Pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya Pendidikan Islam memang mengalami pasang surut, serta kurang waktu tertentu, yang ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting dan tonggak sejarah sebagai pengingat.
Oleh karena itu, perjalanan sejarah Pendidikan Islam di Indoensia semenjak Indonesia merdeka sampai tahun 1965 yang dikenal dengan masa Orde Lama (Orla), akan berbeda dengan tahun 1965 sampai sekarang yang lebih dikenal dengan Orde Baru sampai sekarang.
Tindakan pertama diambil pemerintah Indoensia ialah menyesuaikan pendidikan dengan tuntutan dan aspirasi rakyat, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 31 yang berbunyi :
1. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2. Pemerintah mengusahakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang
Pada periode Orde Lama (Orla) ini, berbagai peristiwa dialami oleh bangsa Indoensia dalam dunia Pendidikan, yaitu :
1. Dari tahun 1945-1950 Landasan Idiil pendidikan ialah UUD 1945 dan falsafah Pancasila.
2. Pada permulaan tahun 1949 dengan berbentuknya Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) dinegara bagian Timur dianut suatu sistem pendidikan yang diwarisi dari zaman pemerintah Belanda.
3. Pada tahun 17 Agustus 1950, dengan terbentuknya kembali negara Kesatuan RI, landasan Idiil UUDS RI
4. Pada tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan menetapkan Manifesta Politik RI menjadi Haluan Negara. Dibidang pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Panca Wardana.
5. Pada tahun 1965, seusai peristiwa G-30-S/PKI kembali lagi melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen.
Inilah bentuk perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia pada awal kemerdekaan dan Orde Lama.

D. Berbagai Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Dalam Bidang Pendidikan Islam
Di tengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina pendidikan agama pada khususnya. Pembinaan Pendidikan Agama itu secara formal institusional dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen PP &K (Depdikbud). Oleh karena itu, maka dikeluarkanlah peraturan-peraturan bersama antara kedua departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta). Adapun pembinaan pendidikan Agama di sekolah agama ditangani oleh Departemen Agama sendiri.
Pendidikan Agama Islam untuk umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946. sebelum itu pendidikan agama sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang, berjalan sendiri-sendiri di masing-masing daerah.
Pada bulan Desember 1946 dikeluarkan peraturan bersama dua menteri yaitu menteri agama dan menteri pendidikan dan pengajaranyang menetapkan bahwa pendidikan agama diberikan mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat=Sekolah Dasar) sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan di Indonesia belum dapat berlajalan dengan semestinya. Daerah-daerah di luar Jawa masih banyak yang memberikan agama mulai kelas 1 SR. Pemeritnah membentuk Mejelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam pada tahun 1947, yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen.
Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari Departemen PP &K (Depdikbud). Oleh karena itu maka dikeluarkanlah peraturan-peraturan bersama antara kedua departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum. Adapun[ ] pembinaan pendidikan agama di sekolah agama ditangani oleh Departemen Agama sendiri.
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946. Sebelum itu pendidikan agama sebagai pengganti budi pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang berjalan sendiri-sendiri di masing-masing daerah.
Pada bulan Desember 1946 dikeluarkan peraturan bersama dua Menteri yaitu Menteri Agama dan Meteri pendidikan dan pengajaran yang menetapkan bahwa pendidikan agama diebrikan mulai kelas IV SR (Sekolah Rakyat = Sekolah Dasar) sampai kelas VI. Pada masa itu keadaan keamanan di Indoenesia belum mantap sehingga SKB Dua Menteri diatas belum dapat berjalan dengan semestinya. Daerah-daerah di luar Jawa masih banyak yang memberikan pendidikan agama mulai kelas 1 SR. Pemerintah membentuk Mejelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam pada tahun 1947 yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara dari Departemen PP & K dan Prof. Drs. Abdullah Sigit dari Departemen Agama. Tugasnya ikut mengatur pelaksanaan dan menteri pengajaran agama yang diberikan disekolah umum.
Pada tahun 1950 dimana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia, makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dimpimpin Prof. Mahmud Yunus dari Departemen Agama Mr. Hadi dari Departemen PP & K, hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951. isinya ialah :
1. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar)
2. Di daerah-daerah yang masyarakat agamaya kuat (misalnya, di Sumatera, Kalimantan dan lain-lain), maka pendidikan agama diberikan mulai kelas 1 SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
3. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
4. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua/walinya.
5. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Untuk menyempurnakan kurikulumnya, maka dibentuk panitia yang dipimpin oleh KH. Imam Zarkasyi dari Pondok Gontor Ponorogo. Kurikulum tersebut disahkan oleh Menteri Agama pada tahun 1952.
Teknik pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum mengalami perubahan-perubahan tertentu sehubungan dengan berkembangnya cabang ilmu pengetahuan dan perubahan sistem proses belajar dan mengajar. Misalnya, tentang materi pendidikan agama dan diadakan pengintegrasian dan pengelompokan yang lebih terpadu dan diadakan pengurangan aloaksi waktu.

2. ANALISIS FAKTA SEJARAH

Terbentuknya kementrian pendidikan pengajaran dan kebudayaan (PP dan K) Pertama yaitu KI Hajar Dewantara dengan mengeluarkan instruksi umum yang isinya memerintahkan kepada semua kepala sekolah dan guru-guru.
Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan ratusan tahun lamanya oleh berbagai organisasi pergerakan baik sosial agama dan politik.
Setelah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik disekolah Negari maupun swasta.
Tujuan nasional bangsa Indonesia adalah seperti yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 : sesuai dengan sila pertama dari pancasila yaitu ketuhanan yang maha Esa dengan demikian berarti[ ] bahwa kehidupan beraga diindonesia secara konstitusional dijamin[ ] keberadaanya seperti termaktub pada pasal 29 UUD 1945. selain itu pemerintah juga menjamin, melindungi, membina, mengembangkan, serta memberi bimbingan dan pengarahan agar kehidupan beragama lebih berkembang, bergairah dan semarak serasi dengan kebijaksanaan pemerintah dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan panjang di antara para ahli mengenai tiga masalah pokok : tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab ketiga masalah pokok ini jelas belum tuntas, tidak hanya karena krangnya data yang dapat mendukung suatu teori tertentu menekankan hanya aspek-aspek khusus dari ketiga masalah pokok, sementara mengabaikan aspek-aspek lain-lainnya. Karena itu, kedatangan teori yang ada dalam segi-segi terentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, konversi agama yang terjadi dan proses-proses islamisasi yang terlibat di dalamnya penyelenggaraan pendidikan agama setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di sekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk itu dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) 27 Desember 1945 menyebutkan bahwa :
”Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakat dalam masyarakat Indoensia pada umumnya, hendaknya pula pendapat perhatian dan bantuan nyata tututan dan bantuan material dari pemerintah”.


B. SARAN
Perlunya pengetahuan tentang  pendidikan islam pada masa awal kemerdekaan Indonesia agar semua mahasiswa dapat menguasai maeteri ini. Semoga dengan penulisan makalah tentang Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan Indonesia kita semua mendapatkan pelajaran yang bermanfaat  dan menambah wawasan pendidikan.

SOAL MULTI FULCHOIS

1. Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam mengawali proses pendidikan Islam diawal Kemerdekaan?
a. Memberikan perhatian serius terhadap pendidikan baik disekolah negeri maupun swasta.
b. Membangun gedung-gedung sekolah dan pondok pesantren
c. Memberikan pendidikan dan pengajaran kepada seluruh rakyat Indonesia
d. Membuat sistem pendidikan nasional yang di prakarsai oleh Ki Hajar dewantara.

2. Faktor apakah yang mendorong timbulnya organisasi-organisasi islam di indonesia?
a. Masih banyak pemberontakan
b. Tumbuhnya sikap patriotisme dan rasa nasionalisme
c. Terbentuknya sistem pendidikan islam
d. Banyaknya perguruan tinggi islam

3. Siapakah yang memimpin Mejelis Pertimbangan Pengajaran Agama Islam pada tahun 1947 ?
a. KH. Imam Zarkasyi
b. Mr. Hadi
c. Ki Hajar Dewantara
d. Harun Nasution

4. Apa yang menjadi sasaran pembangunan jangka bangsa Indonesia dibidang pendidikan agama?
a. Menciptakan manusia Indonesia taat beragama dan hidup secara seimbang
b. Membuat pendidikan islam di Indonesia mudah diterima rakyat
c. Menjadiakan pribadi muslim bagi pengembangan kehidupan keagamaan secara islam.
d. Terbinanya iman bangsa indonesia kepada tuhan yang maha Esa.

5. Apakah hasil dari SKB Departemen agama dan Departemen PP & K yang dikeluarkan pada bulan Januari 1951?
a. Pendidikan agama untuk seluruh rakyat Indonesia
b. Pendidikan Agama disesuaikan dengan pendidikan umum
c. Pendidikan agama dimulai sejak kelas III  SR
d. Pendidikan agama diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat (sekolah dasar)

6. Apa yang melatarbelakangi perubahan-perubahan teknik pelaksanaan pendidikan agama disekolah-sekolah umum?
a. Nasionalisme dikalangann Tuntutan lingkungan terhadap kemajuan system pendidikan
b. Kurikulum yang terus berkembang disekolah-sekolah umum
c. Berkembangnya cabang ilmu pengetahuan dan perubahan system proses belajar dan mengajar
d. Kurangnya tenaga pendidik dalam pendidikan islam.

7. Apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh organisasi islam untuk melawan penjajahan belanda?
a. Melakukan pergerakan nasional dalam membbangun kesadarann beragama
b. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan rasa Nasionalisme dikalangan rakyat dengan melalui pendidikan
c. Melahirkan perguruan-perguruan tinggi bersetara Nasional
d. Menyelenggarakan pendidikan yang bersifat Nasional

8. Apakah yang menjadi tugas penting dari Departemen Agama dalam pendidikan agama islam?
a. Menyelenggarakan, membimbing dan mengawasi pendidikan agama
b. Merumuskan dan melaksanakan system pendidikan agama Islam
c. Membentuk kurikulum pendidikan islam
d. Memberikan perhatian khusus dalam system pendidikan Islam

9. Sebutkan bentuk-bentuk lembaga pendidikan islam swasta?
a. Pesantren
b. TPA
c. Sekolah Rakyat
d. Madrasah Ibtidaiyyah Negri

10. Apakah tujuan dan fungsi departemen Agama pada tahun 1967?
a. Memberikan pehatian khusus terhadap pengajarann dan da’wah islam
b. Mengurus srta mengatur pendidikan agama diskolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguuruan agama
c. Membuat jalan tengah antara pendidikan umum dan pendidikan agama
d. Mendesak pemerintah agar memberikan bantuan kepada madrasah


JAWABAN

1. A
2. B
3. C
4. D
5. D
6. C
7. B
8. A
9. A
10. B


DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Dirayah Islam II, Jakarta, Rajawali Pers.
Samsul Nizar, 2009,  Sejarah Pendidikan Islam ; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rosullulah Sampai Indonesia, Cetakan 3, Jakarta, Kencana.
Hikmawati, Enung K Rukiati dan Fenti, Sejarah Pendidikan di Indonesia, Puastaka Setia: Bandung, 2006.
Noer Deliar, Administrasi Islam di Indonesia, Rajawali:Jakarta, 1983.

Kamis, 07 April 2016

Makalah Supervisi tentang Teknik-Teknik Supervisi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia pendidikan, tidak terlepas dengan supervisi yang selalu mengacu kepada kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah suatu usaha dalam memipin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Tugas utama supervisor adalah memantau dan membina pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut supervisor membutuhkan teknik-teknik supervisi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan. Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun individual. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka fokus bagian ini adalah membahas teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam usaha meningkatkan program sekolah, dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi dan supervisor bertanggung jawab dalam munculnya suatu yang efektif dan efisien dalam program tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan-rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
a. Apa saja teknik supervisi yang sering dipakai ?
b. Apa saja teknik supervisi klinis ?
c. Apa saja teknik supervisi individual lainnya ?
d. Apa saja teknik supervisi kelompok ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Teknik supervisi yang sering dipakai.
b. Teknik supervise klinis.
c. Teknik supervisi individual lainnya.
d. Teknik supervisi kelompok.


BAB II
PEMBAHASAN

A. TEKNIK SUPERVISI YANG SERING DIPAKAI
1. Teknik Supervisi Observasi Kelas
a. Tujuan teknik observasi kelas
Teknik merupakan cara mengamati guru yang sedang mengajar dalam waktu satu sesi. Jadi, pengamatan dilakukan mulai kelas itu masuk ruang kelas atau mulai guru menangani kelas sampai dengan kelas usai belajar. Biasanya satu sesi 90 menit. Selama waktu ini, supervisor yang biasanya duduk di belakang kelas mengobservasi secara terus-menerus semua perilaku guru dan perilaku siswa selama proses pembelajaran.
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan ketika supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya kunjungan kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Tujuan dari teknik observasi kelas adalah :
1) Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam proses pembelajaran yang diamati.
2) Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik dan mengevaluasinya.
3) Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik.
4) Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan tugasnya.
5) Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program supervise.
6) Mempererat dan memupuk integritas sekolah.

b. Ciri-ciri teknik supervisi observasi kelas
1) Waktu mengadakan supervisi. Ada tiga kemungkinan cara menentukan waktu mengadakan supervisi, yaitu :
- Tidak memberitahukan dahulu kepada guru yang akan disupervisi.
- Memberitahukan terlebih dahulu kepada guru tentang kadatangan supervisor.
- Cara menentukan waktu kedatangan supervisor yang ideal ke sekolah adalah dengan memberitahukan kepada guru sebelumnya, tetapi tidak menyebutkan hari dan tanggal.
2) Bersifat individual. Supervisi pada teknik ini tidak dapat dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Kecuali jika ingin mensupervisi cara kerja tim guru dalam mengajar di kelas.
3) Tidak ada pertemuan awal. Pada hari dan waktu mengadakan supervisi guru langsung masuk kedalam ruangan kelas dan terus mengajar. Ketika itu juga supervisor datang dan langsung masuk ke dalam kelas dan biasanya duduk di belakang.
4) Minimal dilakukan pada satu pertemuan. Teknik ini dilakukan dari murid masuk ke dalam kelas, selama belajar, dan sampai proses belajar mengajar selesai, supervise tetap berlangsung.
5) Pelaksanaan supervisi. Supervisi dilakukan oleh satu supervisor dengan cara mengamati, yaitu melihat, mendengar, dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar. Yang diamati adalah perilaku guru dan perilaku semua murid.
6) Obyek yang diamati supervisor. Obyek yang diamati adalah semua hal yang dilakukan oleh guru, termasuk sikap, gaya mengajar, suara, cara mendidik, cara mengajar, dan semua sumber belajar yang dipakai guru.
7) Tidak mengintervensi. Supervisor tidak boleh mengadakan intervensi kepada guru dalam proses supervisi. Intervensi yang dimaksud antara lain adalah menanyakan sesuatu, menegur, memuji, member kode tertentu, dan sebagainya.
8) Ada pertemuan balikan. Setelah pelaksanaan supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan yang dihadiri oleh supervisor dan guru yang bersangkutan di suatu tempat tertentu.
9) Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut dari supervisi yang baru saja dilakukan. Tindak lanjut ini juga disepakati bersama.

c. Proses teknik supervisi observasi kelas
1) Persiapan
Persiapan supervisi dilakukan oleh supervisor sendiri, tidak bersama guru atau oleh guru. Persiapan yang dimaksud terdiri dari :
- Guru siapa yang akan disupervisi.
- Materi yang diajarkan.
- Di ruang kelas mana.
- Alat yang digunakan untuk mencatat supervisi tersebut.
- Cara menentukan waktu.

2) Proses supervisi
Begitu jam pelajaran dimulai, guru dan supervisor masuk ke dalam kelas. Guru memulai mengajar di depan kelas, dan supervisor duduk di belakang. Yang perlu diperhatikan saat supervisi adalah :
- Sikap supervisor. Supervisor harus bisa membawa diri agar tampak tidak mencolok di mata para siswa, agar suasana tidak berubah karena kedatangan orang lain.
- Cara mengamati guru. Supervisor mengamati guru adalah dengan duduk di belakang atau sekali-sekali berdiri jika susah duduk.
- Hal-hal yang diamati. Banyak hal yang haarus diamati, yaitu mencakup kepribadian guru, watak, dan bakat guru, gaya mengajar dan mendidik, suara guru, pakaian guru dan cara berdandan, cara mendidik dan afeksi, dan cara mengajar.
- Cara mencatat data. Bentuk catatan ada dua macam, yaitu bentuk daftar isian dan bentuk uraian. Jika menggunakan daftar isian, supervisor cukup menuliskan tanda cek pada tempat yang sesuai dengan keadaan. Tetapi jika uraian, supervisor harus menuliskan tentang apa saja yang dia observasi.
- Mengakhiri proses supervisi. Ketika guru menutup pelajaran, supervisor bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang guru beserta kelasnya.

3) Pertemuan balikan
- Kontak hubungan. Hubungan yang harmonis perlu diciptakan pertama kali, sebelum membahas hasil pengamatan dalam proses supervisi.
- Membahas hasil supervisi. Sikap supervisor dalam membahas hasil supervisi juga harus disesuaikan dengan sifat guru yang diajak bicara.
- Penguatan. Dalam kesempatan ini, guru perlu diberi penguatan agar ia tidak berputus asa dan tetap bersemangat untuk maju.
- Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan kesepakatan tentang tindak lanjut supervisi yang barun saja dilakukan.

d. Kebaikan teknik supervisi observasi kelas
Teknik supervisi observasi kelas memiliki sejumlah kebaikan. Diantaranya adalah :
- Bisa mengamati kinerja guru secara utuh.
- Punya waktu mencukupi untuk mendapat semua data tentang proses pembelajaran termasuk respons siswa terhadap prose situ.
- Data yang lengkap mampu member gambaran tentang guru yang bersangkutan secara utuh.
- Ada penguatan pada waktu mengadakan pertemuan balikan.

e. Kelemahan teknik supervisi observasi kelas
Tidak banyak kelemahan pada teknik supervisi observasi kelas. Kelemahannya diantara lain :
- Bagi guru yang kemampuannya rendah, akan merasa cukup lama mengalami tekanan atau ketidakbebasan sebab supervisi diadakan selama satu pertemuan.
- Bagi guru sentimental atau perasa, ia akan merasa pesimis atau bahkan bisa putus asa ketika kelemahannya diketahui.
- Bagi kepala sekolah yang otomatis merangkap sebagai supervisor, teknik ini yang memakan waktu cukup lama, akan menyita waktu kerjanya sebagai kepala sekolah.  

2. Teknik Supervisi Kunjungan Kelas
a. Tujuan teknik supervisi kunjungan kelas
Tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan oleh supervisor. Misalnya, data tentang gaya guru mengajar, data tentang menanamkan pengertian perkalian, data cara guru-guru menanamkan sila-sila pancasila, dan sebagainya.
Mengapa supervisor membutuhkan sampel data dan bukan data yang utuh ? sebabnya adalah karena supervisor ingin mengetahui atau memeriksa data itu. Mengapa hanya data itu yang dibutuhkan mengapa tidak data yang lain ? hal ini dapat disebabkan oleh sebab ini, diantaranya :
1) Menurut hasil supervisi sebelumnya guru bersangkutan memiliki kelemahan pada kegiatan itu.
2) Menurut kesepakatan antara guru dengan supervisor pada pertemuan balikan.
3) Guru sendiri membutuhkan perbaikan pada bidang itu, sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.
4) Supervisor mendapatkan informasi bahwa guru tersebut lemah dalam hal tertentu, misalnya guru baru tidak berani menatap wajah siswa yang sudah remaja.
5) Inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran, misalnya menghitung dengan sempoa. Dalam hal ini, supervisor hanya mengamati guru dalam membimbing siswa memanfaatkan sempoa dalam berhitung.

b. Cirri-ciri teknik supervisi kunjungan kelas
Beberapa cirri teknik supervisi kunjungan kelas diantaranya :
1) Menentukan waktu mengadakan supervisi. Untuk menentukan kapan akan mengadajkan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahukan kedatangan supervisor, sebab yang diamati oleh supervisor hanya sampel data saja, yaitu data yang ia butuhkan.
2) Bersifat individual. Teknik supervisi ini tidak dapat digunakan untuk mengobservasi lebih dari satu guru dalam waktu yang bersamaan.
3) Tidak ada pertemuan awal. Teknik kunjungan kelas ini tidak didahului pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi.
4) Waktu supervisi cukup singkat. Supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit.
5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas. Teknik supervisi ini memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama.
6) Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas. Misalnya, jika guru memegang papan tulis atau memainkan spidol, maka supervisor dapat menegur guru tersebut. Tetapi tegurannya dilakukan sedemikian rupa agar tidak mencolok di depan siswa. Terhadap siswa, supervisor dapat melarang siswa untuk tidak mencontek misalnya.
7) Yang disupervisi adalah kasus-kasus. Supervisor telah mengantongi kasus-kasus guru, yaitu perilaku guru dalam prose pembelajaran yang belum benar.
8) Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai pembelajaran. Kunjungan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai adalah untuk melihat persiapan mengajar, buku-buku yang dipakai, dan persiapan lainnya. Kunjungan yang dilakukan setelah pembelajaran usai adalah untuk melihat berkas-berkas atau bekas-bekas proses pembelajaran seperti kertas, tanah liat, cat minyak, tulisan di papan tulis, hasil pekerjaan siswa yang dikumpul.
9) Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan. Jika guru dan supervisor memandang tidak perlu mrngadakan pertemuan balikan, tentu pertemuan seperti ini tidak diadakan.
10) Tindak lanjut. Jika pertemuan balikan tidak diadakan, maka tindak lanjut tidak perlu diadakan. Tetapi jika pertemuan balikan diadakan, maka tindak lanjut ada.

c. Proses teknik supervisi kunjungan kelas
1) Persiapan
- Memeriksa catatan-catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih memiliki kelemahan kecil.
- Memeriksa macam-macam kelemahan kecil itu beserta nama guru bersangkutan.
- Memeriksa informasi yang didapat dari berbagai pihak tentang kasus-kasus kelemahan pada guru-guru.
- Mencatat kasus-kasus tersebut beserta guru yang bersangkutan.
- Memilih kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang mana saja dapat kemungkinan diperbaiki pada hari itu.
- Menentukan waktu untuk mensupervisi.
2) Proses supervisi
- Sikap supervisor. Supervisor ketika di dalam kelas, sepatutnya tidak mencolok mata, baik terhadap para siswa maupun guru.
- Cara mengamati guru. Supervisor mengamati guru mengajar terutama melalui penglihatan, tetapi akan lebih lengkap juga melalui pendengaran. Hasil pengamatan selalu dicatat, agar tidak lupa manakala diadakan pertemuan balikan.
- Hal-hal yang diamati. Objek yang diamati supervisor dalam teknik ini adalah kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus yang telah ditetapkan pada persiapan.
- Cara mengintervensi guru. Dalam mengintervensi guru maupun siswa untuk memperbaiki kelemahan atau kasus-kasus negative berlaku prinsip supervisi kontekstual. Supervisor perlu peka menghadapi setiap guru, perlu menghayati suasana hati mereka, dan perlu pendekatan sendiri-sendiri.
- Bentuk catatan. Bentuk catatan yang digunakan adalah catatan biasa yang ditulis di atas kertas kosong. Data yang langsung diperbaiki dalam kelas dan data yang akan dibahas dalam pertemuan balikan, keduanya perlu dicatat, termasuk cara memperbaiki dan hasil perbaikan dalam kelas.
- Mengakhiri proses supervisi. Bagi supervisor yang mengintervensi untuk memperbaiki kesalahan, supervisi diakhiri dengan minta diri atau permisi kepada guru bersangkutan. Bagi supervisi yang akan atau membutuhkan pertemuan balikan, supervisor sebelum minta diri ke luar kelas, member isyarat bahwa nanti akan diadakan pertemuan balikan di ruangan tertentu.
3) Pertemuan balikan.
Dalam pertemuan balikan, supervisor juga perlu mempertimbangkan kemampuan guru, pribadi, watak, dan sifat guru lainnya. Guru yang kemampuannya rendah membutuhkan kesabaran dalam menyadarkan guru akan kelemahannya, termasuk menunggu pendapatnya yang susah keluar. Dalam pertemuan ini juga, supervisor perlu memberikan penguatan kepada guru-guru.

d. Kebaikan teknik supervisi kunjungan kelas
1) Karena supervisi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan sejumlah supervisi.
2) Supervisi kunjungan kelas yang hanya mengambil sampel yang diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki kelemahan kecil atau kasus negative tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
3) Teknik ini adalah satu-satunya teknik yang memperbolehkan supervisor memperbaiki langsung kelemahan guru ketika sedang mengajar.
4) Teknik ini tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi.

e. Kelemahan teknik supervise kunjungan kelas
1) Teknik ini berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data.
2) Teknik ini tidak dapat dipakai untuk mensupervisi guru yang sebelumnya belum pernah disupervisi atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor.

B. TEKNIK SUPERVISI KLINIS
1. Model-Model Pendidikan yang Mempengaruhi Supervisi Klinis
a. Model supervisi klinis paling awal
Supervisi klinis yang permulaan sekali memakai proses lima langkah, yaitu :
1) Mendiskusikan hasil praobservasi. Kegiatan ini dimulai dengan meminta calon guru menghidangkan rancangan pembelajaran yang akan diberikan di kelas, yang dihadiri oleh supervisor.
2) Supervisor mengobservasi. Supervisor mengamati calon guru secara saksama tentang perilaku calon guru yang sedang mengajar sambil mencatat hasil pengamatan itu.
3) Strategi dianalisis. Strategi yang digunakan oleh calon guru dianalisis oleh supervisor.
4) Diskusi tentang hasil supervisor. Calon guru dan supervisor mendiskusikan hasil pembelajaran yang baru saja dilakukan.
5) Analisis sesudah diskusi. Setelah berdiskusi, calon guru dan supervisor menganalisis tentang keadaan diri mereka masing-masing.

b. Model artistic
Dalam model ini supervisor mengamati secara teliti apa yang terjadi dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dia melihat, mendengarkan, dan merasakan suasana pembelajaran, menghayati secara keseluruhan keadaan dalam kelas apa yang dilakukan calon guru dan apa yang dikerjakan para siswa.
Kemudian supervisor membantu calon guru memperbaiki penampilannya agar menjadi lebih baik, dengan cara menjelaskan bagaimana kinerjanya yang dilakukan tadi.

c. Model pengembangan
Dalam model pengembangan supervisor mula-mula banyak memberikan dorongan dan pengarahan terhadap calon guru, seolah-olah calon bergantung kepada supervisor. Namun, secara perlahan pengarahan dikurangi, diganti dengan upaya membuat calon menjadi mandiri. Dengan demikian model ini dimulai dengan member bantuan tentang kegiatan calon guru dalam proses pembelajaran serta memilih bahan pelajaran yang relevan, melaksanakan proses pembelajaran dan mengakhiri dengan penilaian supervisor tentang perkembangan yang terjadi pada calon guru itu.

d. Model teknik
Model teknik ini dimulai dengan diskusi rencana pembelajaran antara calon guru dengan supervisor lalu supervisor mengobservasi kinerja guru secara teliti, dan kemudian diakhiri dengandiskusi umpan balik.data hasil observasi adalah kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian didiskusikan bersama dalam pertemuan balikan. model teknik ini adalah mengejar target perilaku calon guru, dengan menganalisis semua perilaku calon guru dalam proses pembelajaran secara berseri.

e. Model refleksi
Calon guru dalam model ini mengamati dan merefleksikan diri sendiri. Ia merasakan sendiri dirinya dalam membina siswa belajar, menilai, dan menjelaskan tindakannya untuk menemukan apakah sudah ada perbedaan atau perkembangan kinerja dalam mengajar.

2. Variasi Supervise Klinis
Supervise klinis memiliki beberapa variasi. Variasi-variasi tersebut dikemukakan oleh Wallace (dalam Ajayi, 2006:678), sebagai berikut :
a. Supervise langsung. Supervise ini mengarahkan dan member petunjuk kepada guru sesuai dengan perilaku dan keinginan supervisor.
b. Supervise alternative. Supervise ini menunjukkan beberapa alternative tindakan dalam proses pembelajaran, yang boleh dipilih salah satu oleh guru.
c. Supervise kolaborasi. Supervise ini bekerja sama dengan guru yang disupervisi untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan di dalam kelas.
d. Supervise tidak langsung. Dalam supervise ini, supervisor member kebebasan kepada guru untuk membuat atau mencari pemecahan terhadap kesulitan dalam kelas pada waktu membina siswa belajar.
e. Supervise kreatif. Dalam supervise ini, supervisor mengombinasikan keempat variasi tersebut, atau memanfaatkan pandangan yang terjadi pada sector lain.
f. Supervise mengeksplorasi atau menolong diri sendiri. Dalam supervise ini, guru yang disupervisi menolong dirinya sendiri dengan memanfaatkan pengalamannya mengajar dalam kelas. Dia mengobservasi dirinya sendiri, mengkritik, dan merefleksikan diri sebagai seorang guru.

3. Pengertian Supervise Klinis
a. Komponen supervise klinis
Komponen yang mendukung supervise klinis adalah sebagai berikut :
1) Pengalaman nyata atau otentik. Supervise ini terjadi di alam nyata, di lapangan dalam hal ini adalah di sekolah atau di mana saja tempat siswa belajar atau di tempat guru mengajar.
2) Guru yang disupervisi melakukan tugasnya di tempat yang nyata juga, maka kegiatan, tugas, dan problem yang dihadapi guru juga bersifat nyata atau otentik.
3) Supervisor tidak cukup hanya melihat atau mengamati secara sepintas keadaan guru, melainkan ia berusaha menghayati pribadi dan keadaan batin guru pada waktu itu, sehingga supervisor tahu betul apa yang tergambar di benak guru.
4) Ada unsure diskusi antara guru dan supervisor tentang hasil supervise maupun sebelum mengadakan supervise sebagai perencanaan yang dilakukan oleh guru di bawah binaan supervisor.
5) Kedua diskusi diatas merupakan umpan balik bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya.
6) Refleksi yang dilakukan oleh guru, sebagai salah satu mengaktifkan guru dalam mengembangkan dirinya.
7) Melalui diskusi dan refleksi sangat mungkin membutuhkan modifikasi atau revisi tentang cara menangani tentang sesuatu dalam proses pembelajaran.
8) Supervise akan menghasilkan perkembangan pada kinerja guru.
9) Jika supervisor memandang guru sulit untuk memecahkan masalah sendiri, maka supervisor akan menggunakan pendekatan langsung, yaitu dengan cara member resep cara memperbaiki proses pembelajaran.

b. Pengertian klinis
Untuk menemukan pengertian klinis dapat diperiksa komponen-komponen supervise klinis. Pada tiap komponen itu bila diteliti secara saksama akan ditemukan aspek klinisnya, diantaranya :
1) Pengalaman nyata di lapangan adalah beragam, untuk dapat menangani objek-objek yang beragam itu perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukan pendekatan dan metode yang akan dipakai agar pekerjaan itu berhasil.
2) Pengamatan yang dilakukan oleh supervisor terhadap guru yang akan di supervise harus mendalam atau holistic untuk menemukan karakteristik yang bersangkutan sebelum memulai supervise agar proses supervise menjadi tepat.
3) Dalam diskusi pada pertemuan awal maupun pertemuan balikan yang terkolaborasi dengan guru, juga terjadi analisis terhadap hal-hal yang telah dilakukan pada waktu sedang disupervisi.
4) Ketika guru diberi kesempatan atau dapat kesempatan mengeksplorasi diri, atau menilai diri sendiri atau merefleksi apa yang telah ia lakukan, juga terjadi berfikir analisis.
5) Dalam proses mengevaluasi diri sendiri dan atau bersama-sama dengan supervisor, bila ternyata ditemukan hal-hal yang sulit diselesaikan dalam proses pembelajaran maka dibuat alternative penyelesaian baru.

c. Pengertian supervise klinis
Suatu supervise dapat dikatakan klinis, kalau mengandung indicator-indikator seperti berikut :
1) Ada pengamatan awal tentang diri guru yang akan disupervisi secara mendalam.
2) Observasi yang dilakukan pada proses supervise sangat mendalam, sehingga menemukan data yang mendetail.
3) Pada pertemuan balikan tentang hasil supervise tadi dilakukan secara mendalam, menyangkut semua unsure kelemahan yang sedang diperbaiki.
4) Dalam diskusi balikan ini guru dapat kesempatan mengevaluasi diri, mengeksplorasi diri, dan melakukan refleksi terhadap kinerjanya dalam proses pembelajaran.
5) Dalam diskusi balikan ini memungkinkan pembuatan alternative penyelesaian atau hipotesis, terhadap unsure kinerja yang belum baik, yang akan dilaksanakan dalam proses supervise berikutnya.
6) Dengan demikian, perbaikan kelemahan guru bersifat berkelanjutan.
7) Karena proses tersebut rumit, memakan waktu, tenaga dan pikiran banyak maka supervise ini hanya dikenakan kepada guru-guru yang sangat lemah.

4. Teknik Supervise Klinis Secara Umum
a. Tujuan teknik supervise klinis
Supervise klinis adalah supervise yang khas, yang pelaksanaannya sangat mendalam, detail, intensif untuk menangani guru-guru yang sangat lemah.
Karena guru yang ditangani lemah, maka penanganan itu tidak dapat dilakukan sekaligus untuk semua unsure yang lemah. Penanganan itu dilakukan satu persatu atau kasus per kasus, sampai semua kasus lemah menjadi baik.

b. Ciri-ciri supervise klinis
Supervise klinis memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Waktu untuk melaksanakan supervise atas dasar kesepakatan.
2) Supervise ini bersifat individual.
3) Guru yang disupervisi dengan teknik ini adalah guru yang kondisi atau kemampuannya sangat rendah.
4) Ada pertemuan awal karena guru yang akan disupervisi memiliki banyak masalah atau banyak kelemahan dan sangat mungkin ada beberapa kelemahan yang bersifat kronis.
5) Dibutuhkan kerjasama yang harmonis antara guru yang disupervisi dengan supervisor.
6) Hal-hal yang disupervisi adalah sesuatu yang spesifik, yang khas, dari sejumlah kelemahan yang dimiliki.
7) Untuk memperbaiki kelemahan dibutuhkan hipotesis.
8) Lama proses supervise adalah minimal satu kali pertemuan guru mengajar dalam kelas.
9) Proses supervise adalah seorang guru mengajar diobservasi oleh seorang supervisor, tentang salah satu kelemahan guru bersangkutan, yang sudah disepakati sebelumnya.
10) Dalam proses supervise, supervisor tidak boleh mengintervensi guru yang sedang mengajar.
11) Ada pertemuan balikan.
12) Pada pertemuan balikan supervisor perlu memberikan penguatan kepada guru tentang hal-hal yang telah berhasil yang baru saja diperbaiki.
13) Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut bertalian dengan hasil-hasil supervise tadi.
14) Karena supervise ini sifatnya sangat mendalam maka pada pertemuan balikan diperbolehkan dihadiri oleh guru-guru yang lain yang berminat untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

c. Proses supervise
1) Persiapan awal
- Melihat catatan atau informasi tentang kondisi guru-guru di sekolah bersangkutan.
- Ditentukan atau diberi tanda di kelas mana guru itu mengajar dan tempat lokasi atau ruang kelas berada.
- Alat-alat untuk melakukan observasi pada waktu melaksanakan supervise dalam kelas disiapkan.
- Guru mengira-ngira apa yang akan dilakukan dalam supervise mendatang.
2) Pertemuan awal
- Menciptakan hubungan yang akrab.
- Mendalami kondisi guru.
- Hubungan seperti ini melahirkan kerjasama yang harmonis antara supervisor dan guru.
- Kerjasama dan pembicaraan mengarah kepada berbagai kelemahan yang dimiliki oleh guru untuk diperbaiki dalam proses supervise.
- Membuat hipotesis.
- Waktu untuk melakukan supervise ditentukan pada pertemuan ini.
3) Proses supervise
- Persiapan.
- Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas.
- Sikap supervisor.
- Cara mengamati.
- Memasang video atau tape.
- Mengakhiri supervise.
4) Pertemuan balikan
- Sikap supervisor
- Refleksi guru
- Evaluasi supervisor
- Diskusi bersama
- Kesepakatan
- Penguatan
- Tindak lanjut
- Respons terhadap peserta guru lain

d. Kebaikan teknik supervise klinis
1) Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah.
2) Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab kelemahan ditangani satu per satu.
3) Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam.
4) Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengar dalam pertemuan balikan.

e. Kelemahan teknik supervise klinis
Ada satu kelemahan teknik ini, yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan diperbaiki satu per satu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif.

C. TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL LAINNYA
1. Teknik Supervise Perkembangan
a. Arti supervise perkembangan
Supervise perkembangan dikembangkan sejak 1980 oleh Glickman dengan memakai pendekatan supervise (Mariyati, 2007 : 16-23), suatu istilah pendekatan dalam supervise yang sebelumnya tidak ada. Dalam hal ini supervisor mendekati guru-guru dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Artinya, setiap guru yang akan disupervisi didekati dengan cara tertentu, sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
Salah satu penyebab guru-guru itu berbeda adalah karena pengalaman atau masa kerja mereka. Makin baru guru itu diangkat makin sedikit pengalamannya sebagai guru yang membuat kinerjanya masih rendah. Penyebab yang lain adalah kemampuan guru itu yang sudah dibawa sejak lahir.
Supervise yang memperhatikan perkembangan guru inilah yang disebut supervise perkembangan. Suatu supervise yang mengamati kinerja guru, sebelum melaksanakan proses supervise. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan yang paling tepat dipakai dalam membina guru yang bersangkutan. Jadi, supervise perkembangan adalah supervise yang dilakukan mengikuti dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kinerja guru.

b. Orientasi perkembangan
Dasar yang dipakai untuk memeriksa perkembangan kinerja guru adalah abstraksi guru dan komitmen guru.
1) Abstraksi guru
Merupakan kemampuan sesorang dalam membayangkan sesuatu yang sudah pernah diamati. 
2) Komitmen guru
Merupakan suatu sikap yang disertai dengan realisasi sikap itu dalam kehidupan sehari-hari, termassuk dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

c. Kategori guru
1) Guru lemah
Guru yang lemah memiliki tingkat abstraksi yang rendah dan tingkat komitmen yang rendah juga. Ciri-ciri guru ynag lemah adalah bermotivasi rendah untuk mengembangkan profesinya, malah ia tidak merasa perlu bantuan dari pihak lain, termasuk dari supervisor. Antusias bekerja sangat lemah, dia hanya melakukan tugas yang formal saja yang dibebankan kepadanya, dia cukup puas dengan kegiatan rutin saja. Kalau menemui kesulitan, ia selalu beranggapan kesulitan itu adalah diakibatkan oleh ulah orang lain.
2) Guru energik
Guru ini mempunyai tanggung jawab dan komitmen tinggi, tetapi tingkat abstraksinya rendah. Guru ini energik, penuh dengan kemauan keras, dan antusias dalam bekerja. Cita-citanya tinggi, ingin berprestasi melalui kerja keras dalam membina para siswa belajar, bermaksud melakukan inovasi dalam pembelajaran agar lulusannya meningkat
3) Guru konseptor
Guru ini pandai membuat konsep baru tentang pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkannya. Hal ini disebabkan rasa tanggung jawab dan komitmen yang rendah, walaupun ia memiliki tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam tugas sehari-hari ia sering mengemukakan ide yang bagus yang sifatnya inovatif.
4) Guru professional
Tipe guru ini paling baik diantara keempat tipe yang telah dibicarakan. Ia adalah pemikir dan sekaligus pelaksana. Hal ini disebabkan ia punya kemampuan mengabstraksi tinggi dan komitmen yang tinggi. Dia mampu memikirkan sesuatu di samping tugasnya sendiri, juga rencana perbaikan, baik pengajaran dalam kelas maupun kemajuan sekolah.

d. Pendekatan dan penanganan guru
Pendekatan dan metode supervisor dalam menangani guru pada proses supervise dijelaskan pada uraian berikut.
1) Pendekatan tidak langsung dan metode menilai diri sendiri. Pendekatan dan metode ini diterapkan kepada guru yang termasuk kategori professional dalam proses supervise.
2) Pendekatan kolaborasi dan metode berdasarkan kontrak. Pendekatan dan metode ini diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori guru energik dan guru konseptor dalam proses supervise.
3) Pendekatan langsung dan metode standar. Pendekatan dan metode ini diterapkan pada guru yang termasuk kategori lemah.

e. Tujuan teknik supervise perkembangan
Tujuan teknik ini adalah untuk membuat proses supervise menjadi efektif. Keefektifan ini didapat karean setiap guru yang akan disupervisi diperiksa dulu kondisinya. Dengan cara seperti ini diharapkan proses supervise menjadi efektif dan berpeluang besar mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

f. Ciri-ciri teknik supervise perkembangan
Ada beberapa tanda yang menunjukkan teknik supervise perkembangan. Tanda-tanda tersebut adalah :
1) Ada pemeriksaan terhadap guru yang akan disupervisi apakah ia termasuk kategori guru lemah, energik, konseptor, atau professional.
2) Pencocokan kategori guru yang baru ditemukan dengan sifat pendekatan dan metode penanganannya yang telah ada dalam teori.
3) Supervise bersifat individu.
4) Pendekatan dan metode yang dipakai mensupervisi sesuai dengan tingkat perkembangan individu guru bersangkutan.
5) Pasangan pendekatan dan metode itu sudah ditetapkan secara eksak.
6) Ada pertemuan balikan setelah proses supervise selesai untuk melihat hasil supervise.
7) Ada penguatan.
8) Ada tindak lanjut untuk supervise selanjutnya.

g. Proses teknik supervise perkembangan
1) Memeriksa guru yang akan disupervisi untuk menetukan apakah ia guru lemah, energik, konsptor, atau professional.
2) Menentukan pendekatan dan metode penanganan guru yang cocok dengan kategori yang ia miliki.
3) Melakukan proses supervise dalam waktu satu sesi atau satu pertemuan belajar siswa.
4) Sesudah proses supervise selesai dilakukan maka diadakan pertemuan balikan antara guru tersebut dengan supervisor.
5) Dalam pertemuan balikan juga diadakan penguatan.
6) Pertemuan balikan diakhiri dengan mengadakan kesepakatan tentang tindak lanjut supervise itu untuk kegiatan supervise selanjutnya.

2. Teknik supervise direncanakan bersama
a. Tujuan teknik supervise yang direncanakan bersama
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesepakatan waktu melakukan supervise dalam upaya melakukan perbaikan kelemahan guru yang sudah dia sadari dan rencanakan sebelumnya.

b. Ciri-ciri teknik supervise direncanakan bersama
1) Bersifat individual.
2) Bermula dari kesadaran guru akan kelemahannya dalam hal tertentu.
3) Supervise diadakan atas permintaan guru untuk menyelesaikan cara dia memperbaiki kelemahannya.
4) Ada pertemuan balikan setelah proses supervise selesai.
5) Penguatan juga diadakan agar guru tidak merasa putus asa.
6) Tindak lanjut diadakan manakala kelemahan yang diperbaiki pada proses supervise itu belum member hasil yang memuaskan.

c. Proses teknik supervise direncanakan bersama
1) Mula-mula, seorang guru menyadari akan suatu atau beberapa kelemahan yang ada pada dirinya dalam proses pembelajaran.
2) Dia ingin memperbaiki kelemahan itu dalam proses supervise.
3) Untuk mencapai maksudnya, lalu guru mengundang supervisor mengadakan supervise terhadap dirinya.
4) Pertemuan awal antara guru dan supervisor menghasilkan kesepakatan tentang materi yang akan diperbaiki, tempat supervise, dan waktu melakukan supervise.
5) Supervise dilaksanakan.
6) Pertemuan balikan dilaksanakan setelah proses supervise selesai.
7) Tetapi jika belum berhasil memperbaiki kelemahan, diadakan tindak lanjut.

3. Teknik supervise sebaya
a. Tujuan teknik supervise sebaya
Tujuan teknik ini adalah untuk memperbaiki kelemahan tertentu seorang guru melalui prosedur yang tidak terlalu formal dalam mengundang dan melaksanakan supervise.

b. Ciri-ciri teknik supervise sebaya
1) Yang bertindak sebagai supervisor adalah guru senior yang sering disebut semi supervisor.
2) Supervise ini terjadi antara guru, yang satu lebih ahli dari yang lainnya.
3) Supervise bersifat individual.
4) Tempat supervise tidak mesti.
5) Waktu melaksanakan supervise juga tidak terikatpada jadwal pembelajaran siswa.
6) Proses supervise tidak mesti dalam atau ketika guru sedang mengajar dalam kelas.
7) Pertemuan balikan hanya dilakukan ketika proses supervise dilakukan dalam proses pembelajaran.
8) Guru diberi penguatan.
9) Tindak lanjut diadakan atau tidak bergantung kepada kebehasilan guru memperbaiki kelemahan.

c. Proses teknik supervise sebaya
1) Biasanya sekolah sudah memiliki jadwal tetap pertemuan antara guru senior dengan guru junior yang spesialisasinya sama.
2) Tempat melaksanakan supervise adalah di gedung dan ruangan yang sudah disediakan.
3) Sebelum supervise diadakan guru junior mengadakan persiapan tentang apa yang akan diperbaiki.
4) Proses supervise berlangsung.
5) Proses supervise bertatap muka berdua.
6) Baik dalam supervise tatap muka maupun dalam pertemuan balikan setelah selesai supervise diadakan penguatan.
7) Tindak lanjut diadakan hanya jika guru belum dapat memperbaiki kelemahannya dalam supervise itu.

4. Teknik supervise memanfaatkan siswa
a. Tujuan teknik supervise memanfaatkan siswa
Bertujuan agar data yang didapat pada proses supervise sangat wajar sesuai dengan kondisi kelas yang sesungguhnya. Disebut sangat wajar, sebab tidak ada orang lain dalam ruang kelas, kecuali guru dengan para siswanya.

b. Ciri-ciri teknik supervise memanfaatkan siswa
1) Bersifat individual.
2) Supervise dilakukan secara diam-diam tanpa memberitahukan kepada guru sebelumnya.
3) Proses supervise dilakukan dalam kelas ketika guru mengajar.
4) Pengobservasi atau pencatat data adalah dua atau tiga orang siswa yang dipercaya oleh supervisor.
5) Alat pencatat data adalah daftar cek atau skala penilaian yang dibuat oleh supervisor.
6) Pertemuan balikan mungkin ada, mungkin juga tidak.
7) Jika ada pertemuan balikan, berarti ada penguatan.
8) Tindak lanjut jika kedua belah pihak sepakat untuk mengadakannya..

c. Proses teknik supervise memanfaatkan siswa
1) Mula-mula supervisor menentukan guru yang akan disupervisi.
2) Kemudian supervisor membuat alat-alat observasi yang berbentuk alat cek atau skala penilaian.
3) Dua atau tiga siswa yang dipercaya oleh supervisor dipanggil dan diminta bantuan untuk menuliskan hasil pengamatannya terhadap perilaku gurunya sendiri ketika mengajar.
4) Supervisor berpesan kepada siswa-siswa tersebut agar kerjanya dilakukan secara diam-diam dan tidak diketahui oleh teman-temannya dan gurunya.
5) Supervise dilakukan di dalam kelas.
6) Hasil pengamatan siswa diserahkan kepada supervisor setelah selesai mengobservasi gurunya.
7) Supervisor memeriksa dan menilai data itu.
8) Jika guru dipandang masih perlu memperbaiki maka dengan cara tertentu supervisor memanggil guru tersebut dan mengatakan informasi tentang dirinya.
9) Penguatan dilakukan terhadap perilaku-perilaku positif yang ditunjukkan oleh guru.
10) Jika guru dan supervisor memandang perlu diadakan tindak lanjut karena masih ada yang patut diperbaiki, maka tindak lanjut disepakati.

5. Teknik supervise dengan alat elektronik
a. Tujuan teknik supervise dengan alat elektronik
Tujuan dari teknik ini adalah sama-sama ingin mencari data yang objektif tentang guru mengajar yang berlangsung seperti apa adanya dalam kehidupan belajar sehari-hari. Supervise dengan teknik ini menggunakan alat canggih.

b. Ciri-ciri teknik supervise dengan alat elektronik
1) Supervise ini bersifat individual.
2) Alat yang dipakai observasi adalah video atau alat lainnya.
3) Video ini dipasang pada salah satu sudut ruangan kelas, sebelum supervise dilakukan.
4) Supervisor dapat memanfaatkan kaca jendela modern, yaitu kelas dapat dilihat dari luar, tetapi para guru dan siswa tidak dapat melihat yang ada diluar kelas.
5) Data tentang guru yang didapat sangat objektif dan otentik seperti apa adanya dalam proses pembelajaran sehari-hari.
6) Hasil supervise itu dianalisa dan dinilai sendiri oleh supervisor.
7) Pertemuan balikan diadakan jika supervisor melihat ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan guru tersebut.
8) Penguatan diberikan untuk perilaku yang baik.
9) Tindak lanjut diadakan jika diperlukan dan disepakati oleh kedua belah pihak.

c. Proses teknik supervise dengan alat elektronik
1) Mula-mula supervisor memasang video diruangan kelas.
2) Begitu guru mulai mengajar, video di ruangan kelas dihidupkan oleh supervisor.
3) Supervisor memperhatikan tayangan video itu sambil duduk di kantor.
4) Setelah guru selesai mengajar, video dimatikan dan catatan yang dibuat supervisor tadi dipelajari atau dianalisis.
5) Jika ternyata hasil semua supervise dipandang sudah baik, maka supervise sudah selesai.
6) Penguatan yang bertalian dengan perilaku guru yang baik diberikan dalam pertemuan balikan jika ada.
7) Tindak lanjut diadakan untuk memperbaiki hal yang belum baik.

6. Teknik supervise pertemuan informal
a. Tujuan supervise pertemuan informal
Tujuan dari teknik ini adalah member kemudahan kepada guru dan supervisor menyampaikan maksudnya. Guru ingin menanyakan sesuatu karena belum jelas atau supervisor ingin menegur atau menyampaikan sesuatu kepada guru.

b. Ciri-ciri teknik supervise pertemuan informal
1) Supervise diadakan tanpa kesepakatan waktu, materi, dan tempat terlebih dahulu.
2) Supervise dilakukan secara mendadak dalam pertemuan informal tertentu.
3) Pembicaraan dalam supervise bersifat individual.
4) Proses supervise ini seperti prose konsultasi.
5) Pada umumnya tidak ada pertemuan balikan.
6) Penguatan jarang sekali dilakukan.
7) Tindak lanjut juga tidak diperlukan.

c. Proses teknik supervise pertemuan informal
1) Guru membicarakan sesuatu kepada supervisor atau supervisor berbicara tentang sesuatu kepada guru.
2) Pembicaraan tersebut disampaikan pada saat tertentu.
3) Pertemuan guru dengan supervisor secara informal menjadi ajang supervise.
4) Pembicaraan, pertanyaan, teguran, jawaban, penjelasan, dan lainnya terjadi dalam proses supervise ini.
5) Jika guru sudah puas dengan apa yang ia tanyakan atau supervisor sudah menyampaikan tegurannya kepada guru, supervise telah selesai.
6) Jika sikap guru positif ketika ditegur supervisor, maka supervisor tidak lupa memberikan penguatan.
7) Tindak lanjut ada jika guru yang memintanya.

D. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK
1. Teknik supervise rapat guru
a. Tujuan supervise rapat guru
Teknik ini bermaksud membicarakan sesuatu melalui rapat denagn guru yang bertalian dengan proses pembelajaran. Sebagaimana mestinya, rapat guru dipimpin oleh kepala sekolah, tetapi posisi kepala sekolah di sini bukan sebagai administrator atau manajer, melainkan sebagai supervisor.

b. Ciri-ciri teknik supervise rapat guru
1) Supervise diberikan kepada sejumlah guru.
2) Tempat supervise umumnya di ruang guru atau di GSG sekolah.
3) Waktu mengadakan supervise dapat berkala dan dapat juga secara incidental.
4) Supervise dipimpin oleh kepala sekolah.
5) Proses supervise sebagian besar melalui supervise.
6) Proses supervise diakhiri dengan simpulan yang disepakati bersama.

c. Proses teknik supervise rapat guru
1) Supervise ini dimulai dengan adanya informasi bertalian dengan pembelajaran.
2) Supervisor berpendapat informasi itu perlu disampaikan dan dipecahkan bersama.
3) Supervisor lalu membuat surat undangan untuk mengadakan rapat guru.
4) Pada waktu yang sudah ditentukan rapat dimulai.
5) Supervise dimulai dengan penjelasan informasi jika itu informasi pemberitahuan dan diakhiri dengan Tanya jawab.
6) Supervise dimulai dengan mengutarakan informasi tersebut, lalu diskusi, pendapat-pendapat, dan perdebatan oleh semua peserta sampai masalah terpecahkan, jika informasi itu berupa masalah yang perlu dipecahkan.
7) Pada umumnya supervise yang menyangkut masalah diikuti oleh tindak lanjut.

2. Teknik supervise sebaya
a. Tujuan teknik supervise sebaya
Tujuan dari teknik ini adalah untuk member kemudahan bagi guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah. Di samping itu bertukar pikiran dan berbicara dengan sesame guru, walaupun yang satu junior dan yang lain pihak senior.

b. Ciri-ciri teknik supervise sebaya
1) Supervise bersifat kelompok.
2) Yang bertindak sebagai supervisor adalah guru senior atau semi supervisor.
3) Spesialisasi guru yang disupervisi dan supervisor pada umumnya sama.
4) Tempat melaksanakan supervisor tidak dalam kelas, melainkan di suatu ruangan tertentu.
5) Waktu mengadakan supervise bisa incidental dan bisa juga berkala.
6) Proses supervise sebagian besar dalam bentuk diskusi multiarah.
7) Supervise diakhiri dengan simpulan yang disepakati bersama.
8) Tindak lanjut supervise diadakan jika peserta memerlukannya.

c. Proses teknik supervise sebaya
1) Mela-mula sekelompok guru memiliki masalah.
2) Kelompok guru tersebut menghubungi guru senior untuk mengadakan pertemuan.
3) Proses supervise berlangsung.
4) Masalah yang dibahas tidak selalu tunggal dalam tiap pertemuan.
5) Jika pertemuan sudah mendapatkan jalan keluar, maka pertemuan ditutup.
6) Jika penyelesaian butuh tindak lanjut, maka tindak lanjut diadakan. 

3. Teknik supervise diskusi
a. Tujuan teknik supervise diskusi
Tujuan teknik supervise ini adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui diskusi multiarah dikalangan para peserta supervise.

b. Ciri-ciri teknik supervise diskusi
1) Supervise ini bersifat kelompok.
2) Tempat supervise tidak ditentukan.
3) Guru yang disupervisi tidak dalam keadaan mengajar.
4) Waktu pelaksanaan supervise bisa mendadak jika supervisor atau guru menghendaki.
5) Masalah yang didiskusikan adalah masalah yang bertalian dengan upaya meningkatkan profesi guru, proses pembelajaran, dan sebagainya.
6) Proses supervise didominasi oleh diskusi multiarah dari peserta maupun supervisor.
7) Diskusi berakhir jika permaslahan terpecahkan.
8) Tindak lanjut diadakan jika peserta setuju.

c. Proses teknik supervise diskusi
1) Proses supervise dimulai dengan ada suatu permasalahan yang bertalian dengan upaya meningkatakan profesi guru.
2) Masalah di atas bisa terjadi pada guru dan ditangkap oleh supervisor.
3) Inisiatif mengadakan pertemuan muncul.
4) Undanagn dibuat untuk para peserta.
5) Proses supervise terjsi.
6) Diskusi berakhir jika masalah sudah terselesaikan.
7) Tindak lanjut diadakan jika peserta menghendakinya.

4. Teknik supervise demonstrasi
a. Tujuan teknik supervise demonstrasi
Tujuan utama dari teknik ini adalah agar para peserta terampil dalam melaksanakan sesuatu. Keterampilan ini didapat berkat penjelasan supervisor yang konkret, sebab ia menggunakan alat peraga, yaitu instrument yang dipakai berdemonstrasi.

b. Ciri-ciri teknik supervise demonstrasi
1) Bersifat kelompok.
2) Tujuan utamanya adalah memberikan keterampilan di samping pemahaman akan sesuatu.
3) Proses supervise dengan cara berdemonstrasi di depan peserta.
4) Tempat supervise tidak ditentukan.
5) Tidak ada tindak lanjut, kecuali jika peserta menginginkannya.

c. Proses teknik supervise demonstrasi
1) Mula-mula ada hal baru dalam profesi guru yang ingin diketahui dan dipahami oleh para guru atau yang ingin disampaikan oleh supervisor.
2) Jika hal baru itu banyak, maka dipilih yang lebih penting dahulu.
3) Tempat ditentukan di sekolah atau di lembaga lain.
4) Surat undangan dikirim kepada guru yang diikutsertakan.
5) Proses supervise terjadi.
6) Tidak membutuhkan tindak lanjut, kecuali jika peserta menginginkannya.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbedaan teknik observsi kelas dengan teknik kunjungan kelas :
- Teknik observasi kelas memakan waktu 1 kali pertemuan, sedang teknik kunjungan kelas memakan waktu 5-10 menit.
- Teknik observasi kelas mengamati keseluruhan proses pembelajaran, sedangkan teknik kunjungan kelas mengamati sampel perilaku yang masih lemah.
- Teknik observasi kelas untuk mengetahui kualitas guru serta memperbaikinya, sedangkan teknik kunjungan kelas untuk mengetahui apakah kelemahan kecil dahulu dapat diperbaiki.
2. Jenis-jenis teknik supervise individu
- Teknik supervise observasi kelas.
- Teknik supervise kunjungan kelas
- Teknik supervise klinis.
- Teknik supervise perkembangan.
- Teknik supervise direncanakan bersama.
- Teknik supervise sebaya.
- Teknik supervise memanfaatkan siswa.
- Teknik supervise dengan alat elektronik.
- Teknik supervise dengan pertemuan informal.

B. SARAN
Sebagai mahasiswa dan calon pendidik, kita wajib mengetahui apa itu teknik-teknik supervise dan apa saja jenis-jenis teknik supervise. Karena itu semua sebagai salah satu acuan pendidik dalam menjalankan proses belajar mengajar dan acuan pendidik untuk berhasil dalam proses belajar mengajar.


DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin, Analisi Administrasi Manajmen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994.
Pidarta, Made, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2009.