BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan, tidak terlepas dengan supervisi yang selalu mengacu kepada kegiatan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah suatu usaha dalam memipin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran.
Tugas utama supervisor adalah memantau dan membina pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut supervisor membutuhkan teknik-teknik supervisi yang tepat dan sesuai dengan permasalahan. Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun individual. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka fokus bagian ini adalah membahas teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam usaha meningkatkan program sekolah, dapat menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi dan supervisor bertanggung jawab dalam munculnya suatu yang efektif dan efisien dalam program tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan-rumusan masalah, diantaranya sebagai berikut :
a. Apa saja teknik supervisi yang sering dipakai ?
b. Apa saja teknik supervisi klinis ?
c. Apa saja teknik supervisi individual lainnya ?
d. Apa saja teknik supervisi kelompok ?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Teknik supervisi yang sering dipakai.
b. Teknik supervise klinis.
c. Teknik supervisi individual lainnya.
d. Teknik supervisi kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEKNIK SUPERVISI YANG SERING DIPAKAI
1. Teknik Supervisi Observasi Kelas
a. Tujuan teknik observasi kelas
Teknik merupakan cara mengamati guru yang sedang mengajar dalam waktu satu sesi. Jadi, pengamatan dilakukan mulai kelas itu masuk ruang kelas atau mulai guru menangani kelas sampai dengan kelas usai belajar. Biasanya satu sesi 90 menit. Selama waktu ini, supervisor yang biasanya duduk di belakang kelas mengobservasi secara terus-menerus semua perilaku guru dan perilaku siswa selama proses pembelajaran.
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan ketika supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya kunjungan kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Tujuan dari teknik observasi kelas adalah :
1) Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam proses pembelajaran yang diamati.
2) Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik dan mengevaluasinya.
3) Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap pendidik.
4) Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan tugasnya.
5) Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan program supervise.
6) Mempererat dan memupuk integritas sekolah.
b. Ciri-ciri teknik supervisi observasi kelas
1) Waktu mengadakan supervisi. Ada tiga kemungkinan cara menentukan waktu mengadakan supervisi, yaitu :
- Tidak memberitahukan dahulu kepada guru yang akan disupervisi.
- Memberitahukan terlebih dahulu kepada guru tentang kadatangan supervisor.
- Cara menentukan waktu kedatangan supervisor yang ideal ke sekolah adalah dengan memberitahukan kepada guru sebelumnya, tetapi tidak menyebutkan hari dan tanggal.
2) Bersifat individual. Supervisi pada teknik ini tidak dapat dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Kecuali jika ingin mensupervisi cara kerja tim guru dalam mengajar di kelas.
3) Tidak ada pertemuan awal. Pada hari dan waktu mengadakan supervisi guru langsung masuk kedalam ruangan kelas dan terus mengajar. Ketika itu juga supervisor datang dan langsung masuk ke dalam kelas dan biasanya duduk di belakang.
4) Minimal dilakukan pada satu pertemuan. Teknik ini dilakukan dari murid masuk ke dalam kelas, selama belajar, dan sampai proses belajar mengajar selesai, supervise tetap berlangsung.
5) Pelaksanaan supervisi. Supervisi dilakukan oleh satu supervisor dengan cara mengamati, yaitu melihat, mendengar, dan merasakan situasi kelas yang sedang belajar. Yang diamati adalah perilaku guru dan perilaku semua murid.
6) Obyek yang diamati supervisor. Obyek yang diamati adalah semua hal yang dilakukan oleh guru, termasuk sikap, gaya mengajar, suara, cara mendidik, cara mengajar, dan semua sumber belajar yang dipakai guru.
7) Tidak mengintervensi. Supervisor tidak boleh mengadakan intervensi kepada guru dalam proses supervisi. Intervensi yang dimaksud antara lain adalah menanyakan sesuatu, menegur, memuji, member kode tertentu, dan sebagainya.
8) Ada pertemuan balikan. Setelah pelaksanaan supervisi selesai, diadakan pertemuan balikan yang dihadiri oleh supervisor dan guru yang bersangkutan di suatu tempat tertentu.
9) Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut dari supervisi yang baru saja dilakukan. Tindak lanjut ini juga disepakati bersama.
c. Proses teknik supervisi observasi kelas
1) Persiapan
Persiapan supervisi dilakukan oleh supervisor sendiri, tidak bersama guru atau oleh guru. Persiapan yang dimaksud terdiri dari :
- Guru siapa yang akan disupervisi.
- Materi yang diajarkan.
- Di ruang kelas mana.
- Alat yang digunakan untuk mencatat supervisi tersebut.
- Cara menentukan waktu.
2) Proses supervisi
Begitu jam pelajaran dimulai, guru dan supervisor masuk ke dalam kelas. Guru memulai mengajar di depan kelas, dan supervisor duduk di belakang. Yang perlu diperhatikan saat supervisi adalah :
- Sikap supervisor. Supervisor harus bisa membawa diri agar tampak tidak mencolok di mata para siswa, agar suasana tidak berubah karena kedatangan orang lain.
- Cara mengamati guru. Supervisor mengamati guru adalah dengan duduk di belakang atau sekali-sekali berdiri jika susah duduk.
- Hal-hal yang diamati. Banyak hal yang haarus diamati, yaitu mencakup kepribadian guru, watak, dan bakat guru, gaya mengajar dan mendidik, suara guru, pakaian guru dan cara berdandan, cara mendidik dan afeksi, dan cara mengajar.
- Cara mencatat data. Bentuk catatan ada dua macam, yaitu bentuk daftar isian dan bentuk uraian. Jika menggunakan daftar isian, supervisor cukup menuliskan tanda cek pada tempat yang sesuai dengan keadaan. Tetapi jika uraian, supervisor harus menuliskan tentang apa saja yang dia observasi.
- Mengakhiri proses supervisi. Ketika guru menutup pelajaran, supervisor bersiap-siap untuk mengakhiri pekerjaannya mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang guru beserta kelasnya.
3) Pertemuan balikan
- Kontak hubungan. Hubungan yang harmonis perlu diciptakan pertama kali, sebelum membahas hasil pengamatan dalam proses supervisi.
- Membahas hasil supervisi. Sikap supervisor dalam membahas hasil supervisi juga harus disesuaikan dengan sifat guru yang diajak bicara.
- Penguatan. Dalam kesempatan ini, guru perlu diberi penguatan agar ia tidak berputus asa dan tetap bersemangat untuk maju.
- Tindak lanjut. Pertemuan balikan diakhiri dengan kesepakatan tentang tindak lanjut supervisi yang barun saja dilakukan.
d. Kebaikan teknik supervisi observasi kelas
Teknik supervisi observasi kelas memiliki sejumlah kebaikan. Diantaranya adalah :
- Bisa mengamati kinerja guru secara utuh.
- Punya waktu mencukupi untuk mendapat semua data tentang proses pembelajaran termasuk respons siswa terhadap prose situ.
- Data yang lengkap mampu member gambaran tentang guru yang bersangkutan secara utuh.
- Ada penguatan pada waktu mengadakan pertemuan balikan.
e. Kelemahan teknik supervisi observasi kelas
Tidak banyak kelemahan pada teknik supervisi observasi kelas. Kelemahannya diantara lain :
- Bagi guru yang kemampuannya rendah, akan merasa cukup lama mengalami tekanan atau ketidakbebasan sebab supervisi diadakan selama satu pertemuan.
- Bagi guru sentimental atau perasa, ia akan merasa pesimis atau bahkan bisa putus asa ketika kelemahannya diketahui.
- Bagi kepala sekolah yang otomatis merangkap sebagai supervisor, teknik ini yang memakan waktu cukup lama, akan menyita waktu kerjanya sebagai kepala sekolah.
2. Teknik Supervisi Kunjungan Kelas
a. Tujuan teknik supervisi kunjungan kelas
Tujuan supervisi kunjungan kelas adalah untuk mendapatkan sampel data yang diinginkan oleh supervisor. Misalnya, data tentang gaya guru mengajar, data tentang menanamkan pengertian perkalian, data cara guru-guru menanamkan sila-sila pancasila, dan sebagainya.
Mengapa supervisor membutuhkan sampel data dan bukan data yang utuh ? sebabnya adalah karena supervisor ingin mengetahui atau memeriksa data itu. Mengapa hanya data itu yang dibutuhkan mengapa tidak data yang lain ? hal ini dapat disebabkan oleh sebab ini, diantaranya :
1) Menurut hasil supervisi sebelumnya guru bersangkutan memiliki kelemahan pada kegiatan itu.
2) Menurut kesepakatan antara guru dengan supervisor pada pertemuan balikan.
3) Guru sendiri membutuhkan perbaikan pada bidang itu, sehingga supervisi hanya pada hal itu saja.
4) Supervisor mendapatkan informasi bahwa guru tersebut lemah dalam hal tertentu, misalnya guru baru tidak berani menatap wajah siswa yang sudah remaja.
5) Inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran, misalnya menghitung dengan sempoa. Dalam hal ini, supervisor hanya mengamati guru dalam membimbing siswa memanfaatkan sempoa dalam berhitung.
b. Cirri-ciri teknik supervisi kunjungan kelas
Beberapa cirri teknik supervisi kunjungan kelas diantaranya :
1) Menentukan waktu mengadakan supervisi. Untuk menentukan kapan akan mengadajkan supervisi pada umumnya dengan cara tidak memberitahukan kedatangan supervisor, sebab yang diamati oleh supervisor hanya sampel data saja, yaitu data yang ia butuhkan.
2) Bersifat individual. Teknik supervisi ini tidak dapat digunakan untuk mengobservasi lebih dari satu guru dalam waktu yang bersamaan.
3) Tidak ada pertemuan awal. Teknik kunjungan kelas ini tidak didahului pertemuan awal antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi.
4) Waktu supervisi cukup singkat. Supervisi kunjungan kelas dilakukan dalam waktu yang sangat singkat yaitu sekitar 5 sampai 10 menit.
5) Dapat mengobservasi lebih dari satu kelas. Teknik supervisi ini memungkinkan supervisor melihat beberapa kelas dalam waktu yang tidak lama.
6) Dapat mengintervensi guru dan siswa dalam kelas. Misalnya, jika guru memegang papan tulis atau memainkan spidol, maka supervisor dapat menegur guru tersebut. Tetapi tegurannya dilakukan sedemikian rupa agar tidak mencolok di depan siswa. Terhadap siswa, supervisor dapat melarang siswa untuk tidak mencontek misalnya.
7) Yang disupervisi adalah kasus-kasus. Supervisor telah mengantongi kasus-kasus guru, yaitu perilaku guru dalam prose pembelajaran yang belum benar.
8) Kunjungan dilakukan bisa sebelum dan sesudah usai pembelajaran. Kunjungan yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai adalah untuk melihat persiapan mengajar, buku-buku yang dipakai, dan persiapan lainnya. Kunjungan yang dilakukan setelah pembelajaran usai adalah untuk melihat berkas-berkas atau bekas-bekas proses pembelajaran seperti kertas, tanah liat, cat minyak, tulisan di papan tulis, hasil pekerjaan siswa yang dikumpul.
9) Boleh tidak mengadakan pertemuan balikan. Jika guru dan supervisor memandang tidak perlu mrngadakan pertemuan balikan, tentu pertemuan seperti ini tidak diadakan.
10) Tindak lanjut. Jika pertemuan balikan tidak diadakan, maka tindak lanjut tidak perlu diadakan. Tetapi jika pertemuan balikan diadakan, maka tindak lanjut ada.
c. Proses teknik supervisi kunjungan kelas
1) Persiapan
- Memeriksa catatan-catatan hasil supervisi yang lampau, tentang nama-nama guru yang masih memiliki kelemahan kecil.
- Memeriksa macam-macam kelemahan kecil itu beserta nama guru bersangkutan.
- Memeriksa informasi yang didapat dari berbagai pihak tentang kasus-kasus kelemahan pada guru-guru.
- Mencatat kasus-kasus tersebut beserta guru yang bersangkutan.
- Memilih kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus itu, yang mana saja dapat kemungkinan diperbaiki pada hari itu.
- Menentukan waktu untuk mensupervisi.
2) Proses supervisi
- Sikap supervisor. Supervisor ketika di dalam kelas, sepatutnya tidak mencolok mata, baik terhadap para siswa maupun guru.
- Cara mengamati guru. Supervisor mengamati guru mengajar terutama melalui penglihatan, tetapi akan lebih lengkap juga melalui pendengaran. Hasil pengamatan selalu dicatat, agar tidak lupa manakala diadakan pertemuan balikan.
- Hal-hal yang diamati. Objek yang diamati supervisor dalam teknik ini adalah kelemahan-kelemahan kecil dan kasus-kasus yang telah ditetapkan pada persiapan.
- Cara mengintervensi guru. Dalam mengintervensi guru maupun siswa untuk memperbaiki kelemahan atau kasus-kasus negative berlaku prinsip supervisi kontekstual. Supervisor perlu peka menghadapi setiap guru, perlu menghayati suasana hati mereka, dan perlu pendekatan sendiri-sendiri.
- Bentuk catatan. Bentuk catatan yang digunakan adalah catatan biasa yang ditulis di atas kertas kosong. Data yang langsung diperbaiki dalam kelas dan data yang akan dibahas dalam pertemuan balikan, keduanya perlu dicatat, termasuk cara memperbaiki dan hasil perbaikan dalam kelas.
- Mengakhiri proses supervisi. Bagi supervisor yang mengintervensi untuk memperbaiki kesalahan, supervisi diakhiri dengan minta diri atau permisi kepada guru bersangkutan. Bagi supervisi yang akan atau membutuhkan pertemuan balikan, supervisor sebelum minta diri ke luar kelas, member isyarat bahwa nanti akan diadakan pertemuan balikan di ruangan tertentu.
3) Pertemuan balikan.
Dalam pertemuan balikan, supervisor juga perlu mempertimbangkan kemampuan guru, pribadi, watak, dan sifat guru lainnya. Guru yang kemampuannya rendah membutuhkan kesabaran dalam menyadarkan guru akan kelemahannya, termasuk menunggu pendapatnya yang susah keluar. Dalam pertemuan ini juga, supervisor perlu memberikan penguatan kepada guru-guru.
d. Kebaikan teknik supervisi kunjungan kelas
1) Karena supervisi dilakukan dalam waktu yang singkat, maka dalam satuan waktu yang tidak panjang dapat melakukan sejumlah supervisi.
2) Supervisi kunjungan kelas yang hanya mengambil sampel yang diperlukan merupakan proses untuk memperbaiki kelemahan kecil atau kasus negative tertentu dalam kaitannya dengan proses pembelajaran.
3) Teknik ini adalah satu-satunya teknik yang memperbolehkan supervisor memperbaiki langsung kelemahan guru ketika sedang mengajar.
4) Teknik ini tidak selalu membutuhkan pertemuan balikan dengan guru yang disupervisi.
e. Kelemahan teknik supervise kunjungan kelas
1) Teknik ini berlangsung singkat untuk mendapatkan sampel data.
2) Teknik ini tidak dapat dipakai untuk mensupervisi guru yang sebelumnya belum pernah disupervisi atau yang datanya tidak diketahui sama sekali oleh supervisor.
B. TEKNIK SUPERVISI KLINIS
1. Model-Model Pendidikan yang Mempengaruhi Supervisi Klinis
a. Model supervisi klinis paling awal
Supervisi klinis yang permulaan sekali memakai proses lima langkah, yaitu :
1) Mendiskusikan hasil praobservasi. Kegiatan ini dimulai dengan meminta calon guru menghidangkan rancangan pembelajaran yang akan diberikan di kelas, yang dihadiri oleh supervisor.
2) Supervisor mengobservasi. Supervisor mengamati calon guru secara saksama tentang perilaku calon guru yang sedang mengajar sambil mencatat hasil pengamatan itu.
3) Strategi dianalisis. Strategi yang digunakan oleh calon guru dianalisis oleh supervisor.
4) Diskusi tentang hasil supervisor. Calon guru dan supervisor mendiskusikan hasil pembelajaran yang baru saja dilakukan.
5) Analisis sesudah diskusi. Setelah berdiskusi, calon guru dan supervisor menganalisis tentang keadaan diri mereka masing-masing.
b. Model artistic
Dalam model ini supervisor mengamati secara teliti apa yang terjadi dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dia melihat, mendengarkan, dan merasakan suasana pembelajaran, menghayati secara keseluruhan keadaan dalam kelas apa yang dilakukan calon guru dan apa yang dikerjakan para siswa.
Kemudian supervisor membantu calon guru memperbaiki penampilannya agar menjadi lebih baik, dengan cara menjelaskan bagaimana kinerjanya yang dilakukan tadi.
c. Model pengembangan
Dalam model pengembangan supervisor mula-mula banyak memberikan dorongan dan pengarahan terhadap calon guru, seolah-olah calon bergantung kepada supervisor. Namun, secara perlahan pengarahan dikurangi, diganti dengan upaya membuat calon menjadi mandiri. Dengan demikian model ini dimulai dengan member bantuan tentang kegiatan calon guru dalam proses pembelajaran serta memilih bahan pelajaran yang relevan, melaksanakan proses pembelajaran dan mengakhiri dengan penilaian supervisor tentang perkembangan yang terjadi pada calon guru itu.
d. Model teknik
Model teknik ini dimulai dengan diskusi rencana pembelajaran antara calon guru dengan supervisor lalu supervisor mengobservasi kinerja guru secara teliti, dan kemudian diakhiri dengandiskusi umpan balik.data hasil observasi adalah kualitatif dan kuantitatif, yang kemudian didiskusikan bersama dalam pertemuan balikan. model teknik ini adalah mengejar target perilaku calon guru, dengan menganalisis semua perilaku calon guru dalam proses pembelajaran secara berseri.
e. Model refleksi
Calon guru dalam model ini mengamati dan merefleksikan diri sendiri. Ia merasakan sendiri dirinya dalam membina siswa belajar, menilai, dan menjelaskan tindakannya untuk menemukan apakah sudah ada perbedaan atau perkembangan kinerja dalam mengajar.
2. Variasi Supervise Klinis
Supervise klinis memiliki beberapa variasi. Variasi-variasi tersebut dikemukakan oleh Wallace (dalam Ajayi, 2006:678), sebagai berikut :
a. Supervise langsung. Supervise ini mengarahkan dan member petunjuk kepada guru sesuai dengan perilaku dan keinginan supervisor.
b. Supervise alternative. Supervise ini menunjukkan beberapa alternative tindakan dalam proses pembelajaran, yang boleh dipilih salah satu oleh guru.
c. Supervise kolaborasi. Supervise ini bekerja sama dengan guru yang disupervisi untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan di dalam kelas.
d. Supervise tidak langsung. Dalam supervise ini, supervisor member kebebasan kepada guru untuk membuat atau mencari pemecahan terhadap kesulitan dalam kelas pada waktu membina siswa belajar.
e. Supervise kreatif. Dalam supervise ini, supervisor mengombinasikan keempat variasi tersebut, atau memanfaatkan pandangan yang terjadi pada sector lain.
f. Supervise mengeksplorasi atau menolong diri sendiri. Dalam supervise ini, guru yang disupervisi menolong dirinya sendiri dengan memanfaatkan pengalamannya mengajar dalam kelas. Dia mengobservasi dirinya sendiri, mengkritik, dan merefleksikan diri sebagai seorang guru.
3. Pengertian Supervise Klinis
a. Komponen supervise klinis
Komponen yang mendukung supervise klinis adalah sebagai berikut :
1) Pengalaman nyata atau otentik. Supervise ini terjadi di alam nyata, di lapangan dalam hal ini adalah di sekolah atau di mana saja tempat siswa belajar atau di tempat guru mengajar.
2) Guru yang disupervisi melakukan tugasnya di tempat yang nyata juga, maka kegiatan, tugas, dan problem yang dihadapi guru juga bersifat nyata atau otentik.
3) Supervisor tidak cukup hanya melihat atau mengamati secara sepintas keadaan guru, melainkan ia berusaha menghayati pribadi dan keadaan batin guru pada waktu itu, sehingga supervisor tahu betul apa yang tergambar di benak guru.
4) Ada unsure diskusi antara guru dan supervisor tentang hasil supervise maupun sebelum mengadakan supervise sebagai perencanaan yang dilakukan oleh guru di bawah binaan supervisor.
5) Kedua diskusi diatas merupakan umpan balik bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya.
6) Refleksi yang dilakukan oleh guru, sebagai salah satu mengaktifkan guru dalam mengembangkan dirinya.
7) Melalui diskusi dan refleksi sangat mungkin membutuhkan modifikasi atau revisi tentang cara menangani tentang sesuatu dalam proses pembelajaran.
8) Supervise akan menghasilkan perkembangan pada kinerja guru.
9) Jika supervisor memandang guru sulit untuk memecahkan masalah sendiri, maka supervisor akan menggunakan pendekatan langsung, yaitu dengan cara member resep cara memperbaiki proses pembelajaran.
b. Pengertian klinis
Untuk menemukan pengertian klinis dapat diperiksa komponen-komponen supervise klinis. Pada tiap komponen itu bila diteliti secara saksama akan ditemukan aspek klinisnya, diantaranya :
1) Pengalaman nyata di lapangan adalah beragam, untuk dapat menangani objek-objek yang beragam itu perlu dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukan pendekatan dan metode yang akan dipakai agar pekerjaan itu berhasil.
2) Pengamatan yang dilakukan oleh supervisor terhadap guru yang akan di supervise harus mendalam atau holistic untuk menemukan karakteristik yang bersangkutan sebelum memulai supervise agar proses supervise menjadi tepat.
3) Dalam diskusi pada pertemuan awal maupun pertemuan balikan yang terkolaborasi dengan guru, juga terjadi analisis terhadap hal-hal yang telah dilakukan pada waktu sedang disupervisi.
4) Ketika guru diberi kesempatan atau dapat kesempatan mengeksplorasi diri, atau menilai diri sendiri atau merefleksi apa yang telah ia lakukan, juga terjadi berfikir analisis.
5) Dalam proses mengevaluasi diri sendiri dan atau bersama-sama dengan supervisor, bila ternyata ditemukan hal-hal yang sulit diselesaikan dalam proses pembelajaran maka dibuat alternative penyelesaian baru.
c. Pengertian supervise klinis
Suatu supervise dapat dikatakan klinis, kalau mengandung indicator-indikator seperti berikut :
1) Ada pengamatan awal tentang diri guru yang akan disupervisi secara mendalam.
2) Observasi yang dilakukan pada proses supervise sangat mendalam, sehingga menemukan data yang mendetail.
3) Pada pertemuan balikan tentang hasil supervise tadi dilakukan secara mendalam, menyangkut semua unsure kelemahan yang sedang diperbaiki.
4) Dalam diskusi balikan ini guru dapat kesempatan mengevaluasi diri, mengeksplorasi diri, dan melakukan refleksi terhadap kinerjanya dalam proses pembelajaran.
5) Dalam diskusi balikan ini memungkinkan pembuatan alternative penyelesaian atau hipotesis, terhadap unsure kinerja yang belum baik, yang akan dilaksanakan dalam proses supervise berikutnya.
6) Dengan demikian, perbaikan kelemahan guru bersifat berkelanjutan.
7) Karena proses tersebut rumit, memakan waktu, tenaga dan pikiran banyak maka supervise ini hanya dikenakan kepada guru-guru yang sangat lemah.
4. Teknik Supervise Klinis Secara Umum
a. Tujuan teknik supervise klinis
Supervise klinis adalah supervise yang khas, yang pelaksanaannya sangat mendalam, detail, intensif untuk menangani guru-guru yang sangat lemah.
Karena guru yang ditangani lemah, maka penanganan itu tidak dapat dilakukan sekaligus untuk semua unsure yang lemah. Penanganan itu dilakukan satu persatu atau kasus per kasus, sampai semua kasus lemah menjadi baik.
b. Ciri-ciri supervise klinis
Supervise klinis memiliki ciri-ciri khusus. Ciri-ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Waktu untuk melaksanakan supervise atas dasar kesepakatan.
2) Supervise ini bersifat individual.
3) Guru yang disupervisi dengan teknik ini adalah guru yang kondisi atau kemampuannya sangat rendah.
4) Ada pertemuan awal karena guru yang akan disupervisi memiliki banyak masalah atau banyak kelemahan dan sangat mungkin ada beberapa kelemahan yang bersifat kronis.
5) Dibutuhkan kerjasama yang harmonis antara guru yang disupervisi dengan supervisor.
6) Hal-hal yang disupervisi adalah sesuatu yang spesifik, yang khas, dari sejumlah kelemahan yang dimiliki.
7) Untuk memperbaiki kelemahan dibutuhkan hipotesis.
8) Lama proses supervise adalah minimal satu kali pertemuan guru mengajar dalam kelas.
9) Proses supervise adalah seorang guru mengajar diobservasi oleh seorang supervisor, tentang salah satu kelemahan guru bersangkutan, yang sudah disepakati sebelumnya.
10) Dalam proses supervise, supervisor tidak boleh mengintervensi guru yang sedang mengajar.
11) Ada pertemuan balikan.
12) Pada pertemuan balikan supervisor perlu memberikan penguatan kepada guru tentang hal-hal yang telah berhasil yang baru saja diperbaiki.
13) Pertemuan balikan diakhiri dengan tindak lanjut bertalian dengan hasil-hasil supervise tadi.
14) Karena supervise ini sifatnya sangat mendalam maka pada pertemuan balikan diperbolehkan dihadiri oleh guru-guru yang lain yang berminat untuk meningkatkan pengetahuan mereka.
c. Proses supervise
1) Persiapan awal
- Melihat catatan atau informasi tentang kondisi guru-guru di sekolah bersangkutan.
- Ditentukan atau diberi tanda di kelas mana guru itu mengajar dan tempat lokasi atau ruang kelas berada.
- Alat-alat untuk melakukan observasi pada waktu melaksanakan supervise dalam kelas disiapkan.
- Guru mengira-ngira apa yang akan dilakukan dalam supervise mendatang.
2) Pertemuan awal
- Menciptakan hubungan yang akrab.
- Mendalami kondisi guru.
- Hubungan seperti ini melahirkan kerjasama yang harmonis antara supervisor dan guru.
- Kerjasama dan pembicaraan mengarah kepada berbagai kelemahan yang dimiliki oleh guru untuk diperbaiki dalam proses supervise.
- Membuat hipotesis.
- Waktu untuk melakukan supervise ditentukan pada pertemuan ini.
3) Proses supervise
- Persiapan.
- Guru dan supervisor mulai memasuki ruang kelas.
- Sikap supervisor.
- Cara mengamati.
- Memasang video atau tape.
- Mengakhiri supervise.
4) Pertemuan balikan
- Sikap supervisor
- Refleksi guru
- Evaluasi supervisor
- Diskusi bersama
- Kesepakatan
- Penguatan
- Tindak lanjut
- Respons terhadap peserta guru lain
d. Kebaikan teknik supervise klinis
1) Dapat dipakai memperbaiki guru-guru yang sangat lemah.
2) Perbaikan yang dilakukan sangat intensif, sebab kelemahan ditangani satu per satu.
3) Proses memperbaiki kelemahan dilakukan secara mendalam.
4) Bagi guru-guru lain yang ingin tahu cara penyelesaian kelemahan guru yang disupervisi diperbolehkan ikut menjadi pendengar dalam pertemuan balikan.
e. Kelemahan teknik supervise klinis
Ada satu kelemahan teknik ini, yaitu terlalu mahal, sebab membutuhkan waktu yang panjang, karena kelemahan diperbaiki satu per satu dan menyita pikiran serta tenaga yang besar sebab dilakukan secara mendalam agar intensif.
C. TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL LAINNYA
1. Teknik Supervise Perkembangan
a. Arti supervise perkembangan
Supervise perkembangan dikembangkan sejak 1980 oleh Glickman dengan memakai pendekatan supervise (Mariyati, 2007 : 16-23), suatu istilah pendekatan dalam supervise yang sebelumnya tidak ada. Dalam hal ini supervisor mendekati guru-guru dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Artinya, setiap guru yang akan disupervisi didekati dengan cara tertentu, sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
Salah satu penyebab guru-guru itu berbeda adalah karena pengalaman atau masa kerja mereka. Makin baru guru itu diangkat makin sedikit pengalamannya sebagai guru yang membuat kinerjanya masih rendah. Penyebab yang lain adalah kemampuan guru itu yang sudah dibawa sejak lahir.
Supervise yang memperhatikan perkembangan guru inilah yang disebut supervise perkembangan. Suatu supervise yang mengamati kinerja guru, sebelum melaksanakan proses supervise. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan yang paling tepat dipakai dalam membina guru yang bersangkutan. Jadi, supervise perkembangan adalah supervise yang dilakukan mengikuti dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kinerja guru.
b. Orientasi perkembangan
Dasar yang dipakai untuk memeriksa perkembangan kinerja guru adalah abstraksi guru dan komitmen guru.
1) Abstraksi guru
Merupakan kemampuan sesorang dalam membayangkan sesuatu yang sudah pernah diamati.
2) Komitmen guru
Merupakan suatu sikap yang disertai dengan realisasi sikap itu dalam kehidupan sehari-hari, termassuk dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
c. Kategori guru
1) Guru lemah
Guru yang lemah memiliki tingkat abstraksi yang rendah dan tingkat komitmen yang rendah juga. Ciri-ciri guru ynag lemah adalah bermotivasi rendah untuk mengembangkan profesinya, malah ia tidak merasa perlu bantuan dari pihak lain, termasuk dari supervisor. Antusias bekerja sangat lemah, dia hanya melakukan tugas yang formal saja yang dibebankan kepadanya, dia cukup puas dengan kegiatan rutin saja. Kalau menemui kesulitan, ia selalu beranggapan kesulitan itu adalah diakibatkan oleh ulah orang lain.
2) Guru energik
Guru ini mempunyai tanggung jawab dan komitmen tinggi, tetapi tingkat abstraksinya rendah. Guru ini energik, penuh dengan kemauan keras, dan antusias dalam bekerja. Cita-citanya tinggi, ingin berprestasi melalui kerja keras dalam membina para siswa belajar, bermaksud melakukan inovasi dalam pembelajaran agar lulusannya meningkat
3) Guru konseptor
Guru ini pandai membuat konsep baru tentang pembelajaran maupun sekolah, tetapi tidak mampu mewujudkannya. Hal ini disebabkan rasa tanggung jawab dan komitmen yang rendah, walaupun ia memiliki tingkat abstraksi yang tinggi. Dalam tugas sehari-hari ia sering mengemukakan ide yang bagus yang sifatnya inovatif.
4) Guru professional
Tipe guru ini paling baik diantara keempat tipe yang telah dibicarakan. Ia adalah pemikir dan sekaligus pelaksana. Hal ini disebabkan ia punya kemampuan mengabstraksi tinggi dan komitmen yang tinggi. Dia mampu memikirkan sesuatu di samping tugasnya sendiri, juga rencana perbaikan, baik pengajaran dalam kelas maupun kemajuan sekolah.
d. Pendekatan dan penanganan guru
Pendekatan dan metode supervisor dalam menangani guru pada proses supervise dijelaskan pada uraian berikut.
1) Pendekatan tidak langsung dan metode menilai diri sendiri. Pendekatan dan metode ini diterapkan kepada guru yang termasuk kategori professional dalam proses supervise.
2) Pendekatan kolaborasi dan metode berdasarkan kontrak. Pendekatan dan metode ini diaplikasikan pada guru yang termasuk kategori guru energik dan guru konseptor dalam proses supervise.
3) Pendekatan langsung dan metode standar. Pendekatan dan metode ini diterapkan pada guru yang termasuk kategori lemah.
e. Tujuan teknik supervise perkembangan
Tujuan teknik ini adalah untuk membuat proses supervise menjadi efektif. Keefektifan ini didapat karean setiap guru yang akan disupervisi diperiksa dulu kondisinya. Dengan cara seperti ini diharapkan proses supervise menjadi efektif dan berpeluang besar mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
f. Ciri-ciri teknik supervise perkembangan
Ada beberapa tanda yang menunjukkan teknik supervise perkembangan. Tanda-tanda tersebut adalah :
1) Ada pemeriksaan terhadap guru yang akan disupervisi apakah ia termasuk kategori guru lemah, energik, konseptor, atau professional.
2) Pencocokan kategori guru yang baru ditemukan dengan sifat pendekatan dan metode penanganannya yang telah ada dalam teori.
3) Supervise bersifat individu.
4) Pendekatan dan metode yang dipakai mensupervisi sesuai dengan tingkat perkembangan individu guru bersangkutan.
5) Pasangan pendekatan dan metode itu sudah ditetapkan secara eksak.
6) Ada pertemuan balikan setelah proses supervise selesai untuk melihat hasil supervise.
7) Ada penguatan.
8) Ada tindak lanjut untuk supervise selanjutnya.
g. Proses teknik supervise perkembangan
1) Memeriksa guru yang akan disupervisi untuk menetukan apakah ia guru lemah, energik, konsptor, atau professional.
2) Menentukan pendekatan dan metode penanganan guru yang cocok dengan kategori yang ia miliki.
3) Melakukan proses supervise dalam waktu satu sesi atau satu pertemuan belajar siswa.
4) Sesudah proses supervise selesai dilakukan maka diadakan pertemuan balikan antara guru tersebut dengan supervisor.
5) Dalam pertemuan balikan juga diadakan penguatan.
6) Pertemuan balikan diakhiri dengan mengadakan kesepakatan tentang tindak lanjut supervise itu untuk kegiatan supervise selanjutnya.
2. Teknik supervise direncanakan bersama
a. Tujuan teknik supervise yang direncanakan bersama
Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesepakatan waktu melakukan supervise dalam upaya melakukan perbaikan kelemahan guru yang sudah dia sadari dan rencanakan sebelumnya.
b. Ciri-ciri teknik supervise direncanakan bersama
1) Bersifat individual.
2) Bermula dari kesadaran guru akan kelemahannya dalam hal tertentu.
3) Supervise diadakan atas permintaan guru untuk menyelesaikan cara dia memperbaiki kelemahannya.
4) Ada pertemuan balikan setelah proses supervise selesai.
5) Penguatan juga diadakan agar guru tidak merasa putus asa.
6) Tindak lanjut diadakan manakala kelemahan yang diperbaiki pada proses supervise itu belum member hasil yang memuaskan.
c. Proses teknik supervise direncanakan bersama
1) Mula-mula, seorang guru menyadari akan suatu atau beberapa kelemahan yang ada pada dirinya dalam proses pembelajaran.
2) Dia ingin memperbaiki kelemahan itu dalam proses supervise.
3) Untuk mencapai maksudnya, lalu guru mengundang supervisor mengadakan supervise terhadap dirinya.
4) Pertemuan awal antara guru dan supervisor menghasilkan kesepakatan tentang materi yang akan diperbaiki, tempat supervise, dan waktu melakukan supervise.
5) Supervise dilaksanakan.
6) Pertemuan balikan dilaksanakan setelah proses supervise selesai.
7) Tetapi jika belum berhasil memperbaiki kelemahan, diadakan tindak lanjut.
3. Teknik supervise sebaya
a. Tujuan teknik supervise sebaya
Tujuan teknik ini adalah untuk memperbaiki kelemahan tertentu seorang guru melalui prosedur yang tidak terlalu formal dalam mengundang dan melaksanakan supervise.
b. Ciri-ciri teknik supervise sebaya
1) Yang bertindak sebagai supervisor adalah guru senior yang sering disebut semi supervisor.
2) Supervise ini terjadi antara guru, yang satu lebih ahli dari yang lainnya.
3) Supervise bersifat individual.
4) Tempat supervise tidak mesti.
5) Waktu melaksanakan supervise juga tidak terikatpada jadwal pembelajaran siswa.
6) Proses supervise tidak mesti dalam atau ketika guru sedang mengajar dalam kelas.
7) Pertemuan balikan hanya dilakukan ketika proses supervise dilakukan dalam proses pembelajaran.
8) Guru diberi penguatan.
9) Tindak lanjut diadakan atau tidak bergantung kepada kebehasilan guru memperbaiki kelemahan.
c. Proses teknik supervise sebaya
1) Biasanya sekolah sudah memiliki jadwal tetap pertemuan antara guru senior dengan guru junior yang spesialisasinya sama.
2) Tempat melaksanakan supervise adalah di gedung dan ruangan yang sudah disediakan.
3) Sebelum supervise diadakan guru junior mengadakan persiapan tentang apa yang akan diperbaiki.
4) Proses supervise berlangsung.
5) Proses supervise bertatap muka berdua.
6) Baik dalam supervise tatap muka maupun dalam pertemuan balikan setelah selesai supervise diadakan penguatan.
7) Tindak lanjut diadakan hanya jika guru belum dapat memperbaiki kelemahannya dalam supervise itu.
4. Teknik supervise memanfaatkan siswa
a. Tujuan teknik supervise memanfaatkan siswa
Bertujuan agar data yang didapat pada proses supervise sangat wajar sesuai dengan kondisi kelas yang sesungguhnya. Disebut sangat wajar, sebab tidak ada orang lain dalam ruang kelas, kecuali guru dengan para siswanya.
b. Ciri-ciri teknik supervise memanfaatkan siswa
1) Bersifat individual.
2) Supervise dilakukan secara diam-diam tanpa memberitahukan kepada guru sebelumnya.
3) Proses supervise dilakukan dalam kelas ketika guru mengajar.
4) Pengobservasi atau pencatat data adalah dua atau tiga orang siswa yang dipercaya oleh supervisor.
5) Alat pencatat data adalah daftar cek atau skala penilaian yang dibuat oleh supervisor.
6) Pertemuan balikan mungkin ada, mungkin juga tidak.
7) Jika ada pertemuan balikan, berarti ada penguatan.
8) Tindak lanjut jika kedua belah pihak sepakat untuk mengadakannya..
c. Proses teknik supervise memanfaatkan siswa
1) Mula-mula supervisor menentukan guru yang akan disupervisi.
2) Kemudian supervisor membuat alat-alat observasi yang berbentuk alat cek atau skala penilaian.
3) Dua atau tiga siswa yang dipercaya oleh supervisor dipanggil dan diminta bantuan untuk menuliskan hasil pengamatannya terhadap perilaku gurunya sendiri ketika mengajar.
4) Supervisor berpesan kepada siswa-siswa tersebut agar kerjanya dilakukan secara diam-diam dan tidak diketahui oleh teman-temannya dan gurunya.
5) Supervise dilakukan di dalam kelas.
6) Hasil pengamatan siswa diserahkan kepada supervisor setelah selesai mengobservasi gurunya.
7) Supervisor memeriksa dan menilai data itu.
8) Jika guru dipandang masih perlu memperbaiki maka dengan cara tertentu supervisor memanggil guru tersebut dan mengatakan informasi tentang dirinya.
9) Penguatan dilakukan terhadap perilaku-perilaku positif yang ditunjukkan oleh guru.
10) Jika guru dan supervisor memandang perlu diadakan tindak lanjut karena masih ada yang patut diperbaiki, maka tindak lanjut disepakati.
5. Teknik supervise dengan alat elektronik
a. Tujuan teknik supervise dengan alat elektronik
Tujuan dari teknik ini adalah sama-sama ingin mencari data yang objektif tentang guru mengajar yang berlangsung seperti apa adanya dalam kehidupan belajar sehari-hari. Supervise dengan teknik ini menggunakan alat canggih.
b. Ciri-ciri teknik supervise dengan alat elektronik
1) Supervise ini bersifat individual.
2) Alat yang dipakai observasi adalah video atau alat lainnya.
3) Video ini dipasang pada salah satu sudut ruangan kelas, sebelum supervise dilakukan.
4) Supervisor dapat memanfaatkan kaca jendela modern, yaitu kelas dapat dilihat dari luar, tetapi para guru dan siswa tidak dapat melihat yang ada diluar kelas.
5) Data tentang guru yang didapat sangat objektif dan otentik seperti apa adanya dalam proses pembelajaran sehari-hari.
6) Hasil supervise itu dianalisa dan dinilai sendiri oleh supervisor.
7) Pertemuan balikan diadakan jika supervisor melihat ada hal penting yang perlu dibicarakan dengan guru tersebut.
8) Penguatan diberikan untuk perilaku yang baik.
9) Tindak lanjut diadakan jika diperlukan dan disepakati oleh kedua belah pihak.
c. Proses teknik supervise dengan alat elektronik
1) Mula-mula supervisor memasang video diruangan kelas.
2) Begitu guru mulai mengajar, video di ruangan kelas dihidupkan oleh supervisor.
3) Supervisor memperhatikan tayangan video itu sambil duduk di kantor.
4) Setelah guru selesai mengajar, video dimatikan dan catatan yang dibuat supervisor tadi dipelajari atau dianalisis.
5) Jika ternyata hasil semua supervise dipandang sudah baik, maka supervise sudah selesai.
6) Penguatan yang bertalian dengan perilaku guru yang baik diberikan dalam pertemuan balikan jika ada.
7) Tindak lanjut diadakan untuk memperbaiki hal yang belum baik.
6. Teknik supervise pertemuan informal
a. Tujuan supervise pertemuan informal
Tujuan dari teknik ini adalah member kemudahan kepada guru dan supervisor menyampaikan maksudnya. Guru ingin menanyakan sesuatu karena belum jelas atau supervisor ingin menegur atau menyampaikan sesuatu kepada guru.
b. Ciri-ciri teknik supervise pertemuan informal
1) Supervise diadakan tanpa kesepakatan waktu, materi, dan tempat terlebih dahulu.
2) Supervise dilakukan secara mendadak dalam pertemuan informal tertentu.
3) Pembicaraan dalam supervise bersifat individual.
4) Proses supervise ini seperti prose konsultasi.
5) Pada umumnya tidak ada pertemuan balikan.
6) Penguatan jarang sekali dilakukan.
7) Tindak lanjut juga tidak diperlukan.
c. Proses teknik supervise pertemuan informal
1) Guru membicarakan sesuatu kepada supervisor atau supervisor berbicara tentang sesuatu kepada guru.
2) Pembicaraan tersebut disampaikan pada saat tertentu.
3) Pertemuan guru dengan supervisor secara informal menjadi ajang supervise.
4) Pembicaraan, pertanyaan, teguran, jawaban, penjelasan, dan lainnya terjadi dalam proses supervise ini.
5) Jika guru sudah puas dengan apa yang ia tanyakan atau supervisor sudah menyampaikan tegurannya kepada guru, supervise telah selesai.
6) Jika sikap guru positif ketika ditegur supervisor, maka supervisor tidak lupa memberikan penguatan.
7) Tindak lanjut ada jika guru yang memintanya.
D. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK
1. Teknik supervise rapat guru
a. Tujuan supervise rapat guru
Teknik ini bermaksud membicarakan sesuatu melalui rapat denagn guru yang bertalian dengan proses pembelajaran. Sebagaimana mestinya, rapat guru dipimpin oleh kepala sekolah, tetapi posisi kepala sekolah di sini bukan sebagai administrator atau manajer, melainkan sebagai supervisor.
b. Ciri-ciri teknik supervise rapat guru
1) Supervise diberikan kepada sejumlah guru.
2) Tempat supervise umumnya di ruang guru atau di GSG sekolah.
3) Waktu mengadakan supervise dapat berkala dan dapat juga secara incidental.
4) Supervise dipimpin oleh kepala sekolah.
5) Proses supervise sebagian besar melalui supervise.
6) Proses supervise diakhiri dengan simpulan yang disepakati bersama.
c. Proses teknik supervise rapat guru
1) Supervise ini dimulai dengan adanya informasi bertalian dengan pembelajaran.
2) Supervisor berpendapat informasi itu perlu disampaikan dan dipecahkan bersama.
3) Supervisor lalu membuat surat undangan untuk mengadakan rapat guru.
4) Pada waktu yang sudah ditentukan rapat dimulai.
5) Supervise dimulai dengan penjelasan informasi jika itu informasi pemberitahuan dan diakhiri dengan Tanya jawab.
6) Supervise dimulai dengan mengutarakan informasi tersebut, lalu diskusi, pendapat-pendapat, dan perdebatan oleh semua peserta sampai masalah terpecahkan, jika informasi itu berupa masalah yang perlu dipecahkan.
7) Pada umumnya supervise yang menyangkut masalah diikuti oleh tindak lanjut.
2. Teknik supervise sebaya
a. Tujuan teknik supervise sebaya
Tujuan dari teknik ini adalah untuk member kemudahan bagi guru untuk mendapatkan bantuan pemecahan masalah. Di samping itu bertukar pikiran dan berbicara dengan sesame guru, walaupun yang satu junior dan yang lain pihak senior.
b. Ciri-ciri teknik supervise sebaya
1) Supervise bersifat kelompok.
2) Yang bertindak sebagai supervisor adalah guru senior atau semi supervisor.
3) Spesialisasi guru yang disupervisi dan supervisor pada umumnya sama.
4) Tempat melaksanakan supervisor tidak dalam kelas, melainkan di suatu ruangan tertentu.
5) Waktu mengadakan supervise bisa incidental dan bisa juga berkala.
6) Proses supervise sebagian besar dalam bentuk diskusi multiarah.
7) Supervise diakhiri dengan simpulan yang disepakati bersama.
8) Tindak lanjut supervise diadakan jika peserta memerlukannya.
c. Proses teknik supervise sebaya
1) Mela-mula sekelompok guru memiliki masalah.
2) Kelompok guru tersebut menghubungi guru senior untuk mengadakan pertemuan.
3) Proses supervise berlangsung.
4) Masalah yang dibahas tidak selalu tunggal dalam tiap pertemuan.
5) Jika pertemuan sudah mendapatkan jalan keluar, maka pertemuan ditutup.
6) Jika penyelesaian butuh tindak lanjut, maka tindak lanjut diadakan.
3. Teknik supervise diskusi
a. Tujuan teknik supervise diskusi
Tujuan teknik supervise ini adalah untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru dalam pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melalui diskusi multiarah dikalangan para peserta supervise.
b. Ciri-ciri teknik supervise diskusi
1) Supervise ini bersifat kelompok.
2) Tempat supervise tidak ditentukan.
3) Guru yang disupervisi tidak dalam keadaan mengajar.
4) Waktu pelaksanaan supervise bisa mendadak jika supervisor atau guru menghendaki.
5) Masalah yang didiskusikan adalah masalah yang bertalian dengan upaya meningkatkan profesi guru, proses pembelajaran, dan sebagainya.
6) Proses supervise didominasi oleh diskusi multiarah dari peserta maupun supervisor.
7) Diskusi berakhir jika permaslahan terpecahkan.
8) Tindak lanjut diadakan jika peserta setuju.
c. Proses teknik supervise diskusi
1) Proses supervise dimulai dengan ada suatu permasalahan yang bertalian dengan upaya meningkatakan profesi guru.
2) Masalah di atas bisa terjadi pada guru dan ditangkap oleh supervisor.
3) Inisiatif mengadakan pertemuan muncul.
4) Undanagn dibuat untuk para peserta.
5) Proses supervise terjsi.
6) Diskusi berakhir jika masalah sudah terselesaikan.
7) Tindak lanjut diadakan jika peserta menghendakinya.
4. Teknik supervise demonstrasi
a. Tujuan teknik supervise demonstrasi
Tujuan utama dari teknik ini adalah agar para peserta terampil dalam melaksanakan sesuatu. Keterampilan ini didapat berkat penjelasan supervisor yang konkret, sebab ia menggunakan alat peraga, yaitu instrument yang dipakai berdemonstrasi.
b. Ciri-ciri teknik supervise demonstrasi
1) Bersifat kelompok.
2) Tujuan utamanya adalah memberikan keterampilan di samping pemahaman akan sesuatu.
3) Proses supervise dengan cara berdemonstrasi di depan peserta.
4) Tempat supervise tidak ditentukan.
5) Tidak ada tindak lanjut, kecuali jika peserta menginginkannya.
c. Proses teknik supervise demonstrasi
1) Mula-mula ada hal baru dalam profesi guru yang ingin diketahui dan dipahami oleh para guru atau yang ingin disampaikan oleh supervisor.
2) Jika hal baru itu banyak, maka dipilih yang lebih penting dahulu.
3) Tempat ditentukan di sekolah atau di lembaga lain.
4) Surat undangan dikirim kepada guru yang diikutsertakan.
5) Proses supervise terjadi.
6) Tidak membutuhkan tindak lanjut, kecuali jika peserta menginginkannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Perbedaan teknik observsi kelas dengan teknik kunjungan kelas :
- Teknik observasi kelas memakan waktu 1 kali pertemuan, sedang teknik kunjungan kelas memakan waktu 5-10 menit.
- Teknik observasi kelas mengamati keseluruhan proses pembelajaran, sedangkan teknik kunjungan kelas mengamati sampel perilaku yang masih lemah.
- Teknik observasi kelas untuk mengetahui kualitas guru serta memperbaikinya, sedangkan teknik kunjungan kelas untuk mengetahui apakah kelemahan kecil dahulu dapat diperbaiki.
2. Jenis-jenis teknik supervise individu
- Teknik supervise observasi kelas.
- Teknik supervise kunjungan kelas
- Teknik supervise klinis.
- Teknik supervise perkembangan.
- Teknik supervise direncanakan bersama.
- Teknik supervise sebaya.
- Teknik supervise memanfaatkan siswa.
- Teknik supervise dengan alat elektronik.
- Teknik supervise dengan pertemuan informal.
B. SARAN
Sebagai mahasiswa dan calon pendidik, kita wajib mengetahui apa itu teknik-teknik supervise dan apa saja jenis-jenis teknik supervise. Karena itu semua sebagai salah satu acuan pendidik dalam menjalankan proses belajar mengajar dan acuan pendidik untuk berhasil dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Analisi Administrasi Manajmen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994.
Pidarta, Made, Supervisi Pendidikan Konstektual, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2009.