Kamis, 28 April 2016

Makalah Aaqidah Akhlak tentang Iman Kepada Allah

“RUANG LINGKUP MAKNA IMAN KEPADA ALLAH SWT”
(PENGKAJIAN TERHADAP SIFAT-SIFAT ALLAH SWT)

A. PENGERTIAN IMAN
Iman bentuk masdar atau kata kerja dari ‘amana - yu’minu yang berarti percaya, setia, aman, melindungi, dan menempatkan (sesuatu) pada tempat yang aman. Iman diuraikan dalam Sabda nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari Sebagai berikut :
“Iman adalah engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitrab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Kebangkitan, dan kada (peraturan) dan kadar atau kuasa-Nya.”
Iman Merupakan kunci keislaman seseorang yang dalam perwujudannya disimbolkan dengan pengucapan dua kalimat syahadat (persaksian bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Utusan Allah). Iman tidak ada artinya tanpa amal saleh dan amal saleh akan sia-sia jika tidak dilandasi dengan iman.

B. PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH
Iman kepada Allah adalah percaya dan yakin atas keberadaan Allah sebagai Tuhan pencipta alam semesta beserta isinya, dan mengimplementasikannya dengan amal perbuatan sehari-hari. Atau dengan kata lain Percaya kepada Allah yang diyakini dengan hati dan diucapkan dengan lisan (Syahadatain) serta diimplementasikan dengan amal perbuatan sebagai cerminan bahwa seseorang telah beriman kepada Allah.
Iman kepada Allah merupakan doktrin utama dalam Islam yang nanti pada akhirnya berimplikasi pada doktrin-doktrin keimanan dalam Islam lainnya seperti yang tertuang dalam rukun iman.
Iman kepada Allah adalah mengakui adanya Allah yang maha pencipta semua mahkluk, pada hakikatnya iman kepada Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia itu dilahirkan, manusia membutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak.[ ]
Pengertian iman kepada Allah ialah:
•    Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah.
•    Membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluknya.
•    Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk).[ ]
Dengan demikian setelah kita mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya, melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah swt. bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan, kekuasaan, dan kesempurnaan Allah.[ ]

C. SIFAT-SIFAT ALLAH SWT
1. SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk.
Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut.
a. Sifat wajib, artinya sifat-sifat   yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13.
b. Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT.
c. Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu “Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu.”[ ]

Sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWt adalah sebagai berikut.

No Sifat Wajib Artinya Sifat Mustahil Artinya
1. Wujud Ada Adam Tidak ada
2. Qidam Terdahulu Hudus Baru
3. Baqa’ Kekal Fana’ Rusak
4. Mukhalafatu lilhawadisi Berbeda dengan baru (mahluk) Mumasalatu lil hawadisi Sama dengan mahluk-Nya
5. Qiyamuhu binafsihi Berdiri dengan zat-Nya sendiri Ihtiyajuhu lighairihi Membutuhkan pertolongan orang lain
6. Wahdaniyat Esa Ta’adud Berbilang
7. Qudrat Kuasa Ajzu Lemah
8. Iradat Berkehendak Karahah Terpaksa
9. Ilmu Mengetahui Jahlun Bodoh
10. Hayat Hidup Mautun Mati
11. Sama’ Mendengar Summu Tuli
12. Basar Melihat Umyum Buta
13. Kalam Berfirman Bukmum Bisu
Adapun sifat wajib yang menunjukkan makna “Maha” adalah sebagai berkut.
No Sifat Maknawiyah Artinya Sifat Mustahil Artinya
1. Qadiran Maha Kuasa Ajzun Yang Maha Lemah
2. Muridan Maha Berkehendak Mukrahan Yang maha terpaksa
3. Aliman Maha Mengetahui Jahilun Yang maha bodoh
4. Hayyan Maha Hidup Mayyitun Yang mati
5. Sami’an Maha Mendengar Ashamma Yang maha tuli
6. Basiran Maha Melihat A’ma Yang maha buta
7. Mutakaliman Maha Berfirman Abkama Yang maha bisu

2. Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT.
a. Wujud
Wujud berarti ada. Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Adapun sifat mustahil-Nya adalah adam  yang berarti tidak ada.
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya.
Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu? Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.[ ]
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?” (QS.Al Muminun :78-80)

b. Qidam
Qidam berarti terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat terdahulu karena tidak ada yang mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”.(QS.Al-Hadiid:3)

c. Baqa’
Baqa’ berarti kekal. Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan. Sifat mustahilnya adalah  fana’ artinya rusak atau binasa. Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya
Firman Allah SWT :
Artinya :  Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27)

d. Mukhalafatu lil Hawadisi
Mukhalafatu lil Hawadisi berarti berbeda dengan semua yang baru (mahluk). Sifat mustahilnya adalah mumasalatu lil hawadisi artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk).Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya.
Firman Allah SWT :
Artinya :”……… Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(QS Asyura’: 11)      
Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya.

e. Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun.
Sifat mustahilnya adalah ihtiyaju lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta.[ ]
Firman Allah SWT :
Artinya : “Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.” (QS Ali Imran:2)

f. Wahdaniyah
Wahdaniyah  berarti esa atau tunggal. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.
Esa  zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong.
Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang.
Sifat mustahil-Nya adalah ta’adud  artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud.
firman Allah SWT berikut ini :
Artinya :”Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al Ikhlas :1-4)

g. Qudrat
Qudrat berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi oleh undang-undang dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia.
Sifat mustahilnya adalah ‘ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. (QS.Al Baqarah:20)
Sungguh tidak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

h. Iradat
Iradat berarti berkehendak. Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Adapun sifat mustahilnya adalah karahah, artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifatiradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:”Jadilah”maka terjadilah”. (QS. Yasin : 82)
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT.

i. Ilmu
Ilmu berarti mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun yang artinya bodoh. Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Firman Allah SWT :
Artinya :”…..Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al Hujurat:16).
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.

j. Hayat
Hayat berarti hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat mustahilnya adalah mautun yang artinya mati. Contohnya, manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak.
Firman Allah SWT :
Artinya:”Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur”. (QS Al Baqarah: 255)
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggungjawabkan.[ ]

k. Sama’
Sama’ berarti mendengar . Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya. Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun .
Firman Allah SWT :
Artinya :”Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.(QS Al Maidah :76)
Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.

l. Basar
Basar berarti melihat. Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT.
Sifat mustahil-Nya adalah ‘umyun,  artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT :
Artinya :”………Dan Allah maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(al-Baqarah: 265)
Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat.

m. Kalam
Kalam berarti berfirman atau berbicara. Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.
Sifat mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi.
Firman Allah SWT :
artinya :”…….Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas.(QS AnNisa’ :164)
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia.

3. PEMBAGIAN SIFAT WAJIB BAGI ALLAH
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :

a. Sifat Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud.
b. Sifat Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah.
c. Sifat Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
d. Sifat Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.[ ]

D. KESIMPULAN :
Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan.  iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman.Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat.
Allah mempunyai sifat Sifat wajib, artinya sifat-sifat   yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah, Yaitu: wujud, qidam, baqa’, mukhalafatu lilhawadisi, qiyamu binafsihi, wahdaniyat, qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, basar, kalam, qadiran, muridan, ‘aliman, hayan, sami’an, basiran, mutakalliman.

E. SARAN
Setelah kita mempelajari iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat wajib bagi Allah, sudah sepatutnya kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar